Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah berhasil menguat, bahkan menembus level psikologis ke bawah Rp15.000 pada awal perdagangan Jumat (31/3/2023).
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.05 WIB mata uang rupiah dibuka menguat 0,06 persen atau 8,5 poin ke level Rp15.047 per dolar AS. Sementara itu, sejumlah mata uang Asia terpantau bergerak bervariatif, tetapi mayoritas menguat.
Rupiah terus menunjukkan keperkasaannya dengan menguat 0,55 persen atau 83,50 poin ke Rp14.963,50 per dolar AS pada 09.30 WIB.
Pada awal perdagangan, dolar Singapura menguat 0,08 persen, won Korea menguat 0,62 persen, yuan China menguat 0,26 persen, dolar Taiwan menguat 0,09 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,28 persen.
Sementara itu, mata uang Yen Jepang bergerak melemah 0,29 persen terhadap Dolar AS. Selain itu, ada juga Rupee India yang melemah 0,17 persen terhadap Dolar AS.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah hari ini cenderung dibuka berfluktuatif namun berpotensi ditutup menguat pada kisaran Rp15.010- Rp15.100 per dolar AS.
Baca Juga
Pergerakan rupiah dipengaruhi oleh banyak upaya yang bisa dilakukan Bank Indonesia (BI) dan regulator terkait untuk menurunkan laju inflasi yang saat ini berada di level 5,47 persen per Februari 2023. Menurutnya, BI tak melulu harus menaikkan suku bunga acuan untuk mengendalikan inflasi.
"Sehingga untuk mengendalikan inflasi tak melulu harus menempuh jalur dengan menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR)," jelasnya dalam riset harian, dikutip Jumat (31/3/2023).
Ada kebijakan lain yang harus juga berperan untuk menurunkan hal tersebut. Ketika inflasi terkendali, maka suku bunga juga bisa dikontrol. Namun, untuk mengendalikan inflasi tidak melulu terkait suku bunga saja, melainkan ada peran fiskal dan lainnya.
Meski demikian, kebijakan moneter Bank Indonesia akan selalu siap mendukung pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19. Apalagi inflasi saat ini sudah mendingin, namun perkirakan suku bunga masih tetap tinggi pada 2023.
Sebelumnya, pada rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Maret 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50 persen.
Mengutip Bloomberg, Jumat (31/3/2023), Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) kembali memberikan sinyal pengetatan moneter lebih lanjut, bahkan setelah runtuhnya tiga bank AS awal bulan ini.
Presiden Fed Boston Susan Collins mengatakan pengetatan moneter diperlukan. Presiden Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan Bank Sentral dapat menaikkan suku lebih jika risiko inflasi bertahan. Sementara itu, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan dia berkomitmen untuk mengembalikan inflasi ke 2 persen dan belum sepenuhnya jelas mengenai apa dampak gejolak sistem keuangan.