Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia dan IHSG Melesat Tersengat Manuver Besar Alibaba

Indeks saham Asia naik untuk hari kedua karena pasar saham di Jepang dan Australia juga meningkat.
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melesat karena pasar Hong Kong naik usai pengumuman rencana perombakan Alibaba Group Holding Ltd. Adapun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,79 persen pada sesi pertama perdagangan hari ini.

IHSG naik 53,38 poin ke 6.813,71 pada sesi pertama, dengan 307 saham menguat, 211 saham melemah, dan 195 saham stagnan. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak di kisaran 6.776,20-6.825,30.

Mengutip Bloomberg, Rabu (29/3/2023), indeks saham Asia naik untuk hari kedua karena indeks di Jepang dan Australia juga meningkat. Indeks Hang Seng naik sekitar 2 persen dan sejumlah perusahaan teknologi yang terdaftar di Hong Kong melonjak mendekati 3 persen. Investor bergegas kembali ke saham Alibaba dan perusahaan teknologi besar lainnya yang telah terkena tindakan keras dari Beijing selama dua tahun terakhir.

Alibaba melonjak 13 persen, dengan Tencent Holdings Ltd. dan Baidu Inc. naik sekitar 2 persen. Saham Softbank Group Corp yang terdaftar di Jepang, yang memiliki saham besar di Alibaba, melonjak sebanyak 6,5 persen.

Keuntungan Alibaba secara luas menyamai kenaikan sahamnya yang terdaftar di AS pada Selasa setelah raksasa e-commerce itu mengatakan akan membagi perusahaan, menjadi enam unit. Rencana perombakan itu juga termasuk menggelar penawaran umum perdana pada beberapa unit usaha.

Harga obligasi pemerintah AS sedikit berubah dalam perdagangan Asia setelah imbal hasil tenor dua tahun naik delapan basis poin dan yield tenor 10 tahun naik empat basis poin pada Selasa.

Indeks dolar AS hari ini juga beringsut lebih tinggi setelah berakhir di dekat level terendah dalam delapan minggu pada penutupan perdagangan Selasa (28/3/2023).

Investor sedang mempersiapkan serangkaian data tentang ekonomi AS minggu ini, termasuk ukuran inflasi yang disukai bank sentral, yang disebut deflator personal consumption expenditure (PCE) inti. Data ini kemungkinan akan menjadi faktor dalam keputusan kebijakan Federal Reserve berikutnya.

Presiden Fed St Louis James Bullard mengatakan kebijakan moneter yang tepat dapat terus menekan inflasi, meskipun ada gejolak di bank-bank regional AS. Sementara itu, konsumen tampaknya mengabaikan kegagalan bank, dengan angka kepercayaan konsumen terbaru secara tak terduga lebih tinggi pada Maret 2023.

Pasar berjangka (swap) memperkirakan lebih dari 50 persen kemungkinan Fed akan menaikkan suku bunga seperempat poin pada pertemuan berikutnya, dengan rencana pelonggaran setelahnya. Namun, beberapa ahli strategi telah bergabung dengan BlackRock Investment Institute mengatakan pasar salah dalam mengharapkan penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper