Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara kongsi Grup Bakrie dan Grup Salim PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) membukukan peningkatan kinerja hingga akhir tahun 2022. BUMI mencetak laba bersih senilai US$525,27 juta atau setara Rp7,92 triliun pada 2022, melesat 212 persen dibandingkan 2021.
Manajemen BUMI dalam keterangan resmi mengatakan tahun 2022 menghadirkan tantangan unik seperti hujan lebat yang terus menerus sejak akhir 2021 dan seterusnya, krisis energi, yang diperburuk oleh perkembangan geopolitik, kekhawatiran akan resesi, dan ketidakstabilan keuangan baru-baru ini yang berpotensi menyebabkan gangguan ekonomi lebih lanjut.
Tarif royalti untuk KPC dan Arutmin meningkat menjadi 14 persen untuk domestik dan hingga 28 persen untuk ekspor, dengan harga batu bara di atas US$100 per ton, dibandingkan dengan flat 13,5 persen di tahun-tahun sebelumnya.
BUMI mencetak volume penjualan sebesar 69,4 juta ton (MT) dibandingkan dengan 79 MT di tahun 2021, atau turun 12 persen. Rinciannya penjualan KPC sebesar 48,2 MT pada 2022, turun 15 persen dibandingkan 2021 sebesar 56,9MT. Begitu pula penjualan Arutmin sebesar 21,2 MT, menurun sebesar 4 persen secara tahunan.
Batu bara yang ditambang pada 2022 sebesar 71,9 MT, turun dibandingkan tahun 2021 sebesar 78,8 MT. Rinciannya, batu bara yang ditambang KPC turun 9 persen dan Arutmin turun sebesar 3 persen yoy.
"Penyebab utamanya adalah La Nina, hujan terus-menerus sepanjang tahun yang mempengaruhi output sebesar 9 persen atau 7 MT secara tahunan," tulis Manajemen BUMI, dikutip Rabu (29/3/2023).
Baca Juga
Meski produksi turun, tetapi realisasi harga batu bara di 2022 naik US$121,0 per ton dibandingkan US$67,4 per ton pada 2021 atau meningkat 80 persen secara tahunan.
BUMI juga mencatatkan biaya meningkat dari US$37,1 per ton di 2021 menjadi US$46,9 per ton di 2022 karena tingginya harga minyak dan tingginya rasio pengupasan atau stripping ratio.
Sebagai informasi, BUMI mencatatkan pendapatan senilai US$8,53 miliar atau setara Rp128,7 triliun di 2022 (kurs Jisdor Rp15.088 per dolar AS). Penjualan ini merupakan rekor penjualan tertinggi BUMI.
Akan tetapi, setelah penyesuaian PSAK 66, penjualan BUMI menjadi sebesar US$1,83 miliar atau setara Rp27,6 triliun sepanjang 2022. Penjualan BUMI ini melesat 81,52 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$1 miliar.
Meningkatnya penjualan BUMI ini didorong oleh penjualan batu bara sebesar US$1,81 miliar hingga akhir 2022. Penjualan batu bara mendominasi total penjualan BUMI.
Sementara itu, penjualan emas BUMI ke pihak ketiga mencapai US$10,1 juta, dan jasa sebesar US$1,5 juta.
BUMI tercatat mencetak laba bruto senilai US$370,6 juta, naik 83,73 persen secara tahunan dari US$201,7 juta.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk BUMI pun melesat 212,63 persen hingga akhir 2022. BUMI tercatat mencetak laba bersih senilai US$525,27 juta atau setara Rp7,92 triliun pada 2022, dibandingkan dengan 2021 yang sebesar US$168 juta.