Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat ke Rp15.108 pada pagi ini, Selasa (28/3/2023). Penguatan rupiah disebut terjadi lantaran kekhawatiran pasar terhadap krisis perbankan kian mereda.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka menguat 0,36 persen atau 55 poin ke Rp15.108 per dolar AS. Sementara Indeks dolar AS terpantau terkoreksi 0,22 persen ke 102,63.
Beberapa mata uang kawasan Asia yang dibuka menguat terhadap dolar AS adalah yen Jepang yang naik 0,62 persen, ringgit Malaysia naik 0,60 persen, won Korea Selatan naik 0,35 persen, dan baht Thailand naik 0,27 persen.
Selanjutnya, dolar Singapura naik 0,15 persen, dolar Taiwan naik 0,15 persen, rupee India naik 0,13 persen, dan yuan China naik 0,05 persen.
Sementara peso Filipina menjadi satu-satunya mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS, yakni naik 0,14 persen.
Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpeluang menguat terhadap dolar AS seiring meredanya kekhawatiran pasar terhadap krisis perbankan. Hal ini lantas dapat mendorong penguatan rupiah sebagai aset berisiko.
Baca Juga
Selain itu, rencana akuisisi sebagian besar aset Silicon Valley Bank oleh First Citizen membantu meredakan kekhawatiran pasar tersebut. Adapun indeks saham Asia sebagai salah satu indikator aset berisiko juga bergerak positif pada pagi ini.
“Hal ini bisa sebagai sinyal pasar mulai kembali nyaman masuk ke aset berisiko,” ujar Ariston dalam riset, Senin (28/3/2023).
Meski demikian, dia menyebut pasar masih mencermati perkembangan krisis perbankan. Apabila terjadi masalah baru, maka pelaku pasar akan cepat keluar dari aset berisiko tersebut.
Ariston memproyeksikan rupiah menguat ke arah Rp15.100 dengan potensi resisten di kisaran Rp15.100.
Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Namun, ditutup melemah di rentang Rp15.150 hingga Rp15.200 per dolar AS.
Momentum bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi, hal tersebut akan meningkatkan permintaan serta gelontoran uang beredar yang bisa menjadi tambahan bahan bakar bagi pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, pandemi Covid-19 yang kian longgar juga bakal mendorong kenaikan angka pemudik ke daerah. Hal ini pun turut memberi dampak positif pada pertumbuhan ekonomi karena akan ada perputaran uang dari para pemudik yang datang dari kota besar ke daerah.
“Dalam hal tersebut, perputaran uang di dalam negeri akan bertambah di kisaran Rp243 triliun pada lebaran tahun 2023 artinya diperhitungkan terjadi peningkatan dibandingkan perputaran uang pada lebaran tahun lalu yang tercatat sebanyak Rp221 triliun,” katanya dalam riset harian, Senin (27/3/2023).
Walaupun pertumbuhan ekonomi global melambat, konsumsi rumah tangga relatif solid. Harapannya momentum tersebut tetap bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi karena konsumsi masih berkontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dengan lonjakan uang beredar cukup tinggi dan konsumsi rumah tangga relatif solid maka pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2023 diperkirakan mendekati 5 persen. Namun, momen Ramadan dan Lebaran berpotensi mengerek permintaan yang relatif tinggi sehingga dapat mendorong inflasi yang lebih tinggi pula.