Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,79 persen pada perdagangan Senin (27/3/2023) sehingga parkir di 6.708,93. Dari Jajaran emiten big cap hanya saham UNVR yang mampu parkir di zona hijau.
Berdasarkan data RTI, IHSG bertahan di zona merah sepanjang sesi dengan level tertinggi di 6.772,59 dan terendah di 6.704,75. Terdapat 295 saham yang parkir di zona hijau saat penutupan, sementara mayoritas 215 saham melemah dan 215 saham ditutup stagnan.
Mayoritas sektor terpantau ditutup menguat dengan kenaikan tertinggi terjadi pada sektor energi sebesar 0,97 persen. Sektor transportasi menyusul dengan kenaikan 0,81 persen dan properti menguat 0,64 persen.
Meski demikian, sektor finansial terpantau turun 1,04 persen pada penutupan. Selanjutnya sektor kesehatan turun 0,32 persen.
Di jajaran saham-saham berkapitalisasi besar, hanya PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang ditutup hijau dengan kenaikan 0,47 persen. Selanjutnya GOTO stagnan di harga Rp115.
Saham-saham perbankan penghuni big caps terpantau melemah, dengan koreksi terdalam pada saham BMRI dengan penurunan sebesar 6,42 persen, kemudian BBCA turun 1,42 persen, dan BBNI melemah 1,30 persen.
Baca Juga
Di tengah anjloknya IHSG, sebagian saham justru memuncaki posisi top gainers dengan kenaikan dua digit. SAGE melesat 34,21 persen ke harga Rp204. Lalu MARI menguat 22,54 persen dan CBRE naik 22 persen.
Sementara itu, saham terboncos mencakup NANO yang turun 8,00 persen, UFOE turun 6,98 persen, dan PGUN melemah 6,96 persen.
Phintraco Sekuritas sebelumnya memperkirakan IHSG akan bergerak di atas support 6.680 dan cenderung menguat sepanjang pekan ini. Terdapat potensi menguat ke 6.750–6.780 pada awal pekan.
Potensi penguatan IHSG tidak lepas dari pergerakan indeks-indeks Wall Street yang berbalik menguat pada perdagangan Jumat (24/3/2023) sehingga terjadi penguatan mingguan pada pekan lalu. Kenaikan tersebut ditopang oleh rebound-nya saham-saham bank regional setelah sempat tertekan akibat krisis Silicon Valley Bank.
“Perhatian pelaku pasar tampaknya masih kepada kondisi sektor keuangan di Eropa, terutama setelah kabar lonjakan credit default swap dari Deutsche Bank,” tulis Phintraco.
Di sisi lain, respons positif pelaku pasar terhadap hasil FOMC 22 Maret 2023 berpotensi menopang saham-saham rate-sensitive di pekan ini. Sebagaimana diketahui, The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 bps dalam FOMC tersebut dan relatif sesuai perkiraan pasar.
The Fed juga menyatakan kenaikan suku bunga acuan akan segera berakhir. Sinyal dovish itu diikuti dengan pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen yang menyebutkan bahwa pemerintah AS dapat mengambil tindakan tambahan jika diperlukan untuk menstabilkan bank-bank.
“Hal ini diperkirakan mempengaruhi keputusan suku bunga acuan hingga akhir 2023,” lanjut Phintraco Sekuritas.