Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun pada sesi I perdagangan Senin (27/3/2023) seiring dengan kejatuhan saham big cap BBCA hingga BMRI.
IHSG melemah 0,55 persen atau 37,48 poin menjadi 6.724,77 pada akhir sesi I. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 6.722-6.772. Sebanyak 285 saham menghijau, 223 saham melemah, dan 198 saham di posisi yang sama dengan penutupan perdagangan sebelumnya.
Sebagian besar saham-saham penghuni top 10 big cap terpantau mengawali perdagangan di zona merah. Sampai pukul 09.03 WIB, BMRI memimpin pelemahan dengan koreksi 5,73 persen ke harga Rp10.275.
Kemudian pelemahan disusul oleh GOTO yang turun 1,74 persen ke Rp113. BBCA dan TLKM juga turun masing-masing sebesar 0,85 persen dan 0,25 persen.
Sementara itu, TLKM menjadi big cap dengan kenaikan tertinggi yakni sebesar 0,74 persen. Kemudian posisinya diikuti oleh BBNI yang naik 0,26 persen. ASII, BYAN, dan TPIA terpantau masih berada di level harga yang sama seperti penutupan sebelumnya.
CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya dalam riset hariannya memperkirakan IHSG akan bergerak di rentang 6.636—6.798 pada perdagangan hari ini. Dia menyebutkan pergerakan IHSG terlihat masih berpotensi mengalami kenaikan jangka pendek. Meski demikian, dia memperkirakan indeks akan bergerak dalam rentang konsolidasi wajar selama belum mampu menembus level resisten terdekat.
Baca Juga
“Prospek pertumbuhan kinerja emiten pada kuartal I/2023 yang berpotensi terus membaik tentunya masih akan terus menarik bagi investor untuk dapat melakukan investasi di dalam pasar modal Indonesia. Ini juga ditunjang oleh mengalirnya capital inflow selama 2023 di pasar modal Indonesia,” kata dia.
Sementara itu, Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG akan bergerak di atas support 6.680 dan cenderung menguat sepanjang pekan ini. Terdapat potensi menguat ke 6.750–6.780 pada awal pekan.
Potensi penguatan IHSG tidak lepas dari pergerakan indeks-indeks Wall Street yang berbalik menguat pada perdagangan Jumat (24/3/2023) sehingga terjadi penguatan mingguan pada pekan lalu. Kenaikan tersebut ditopang oleh rebound-nya saham-saham bank regional setelah sempat tertekan akibat krisis Silicon Valley Bank.
“Perhatian pelaku pasar tampaknya masih kepada kondisi sektor keuangan di Eropa, terutama setelah kabar lonjakan credit default swap dari Deutsche Bank,” tulis Phintraco.
Di sisi lain, respons positif pelaku pasar terhadap hasil FOMC 22 Maret 2023 berpotensi menopang saham-saham rate-sensitive di pekan ini. Sebagaimana diketahui, The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 bps dalam FOMC tersebut dan relatif sesuai perkiraan pasar.
The Fed juga menyatakan kenaikan suku bunga acuan akan segera berakhir. Sinyal dovish itu diikuti dengan pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen yang menyebutkan bahwa pemerintah AS dapat mengambil tindakan tambahan jika diperlukan untuk menstabilkan bank-bank.
“Hal ini diperkirakan mempengaruhi keputusan suku bunga acuan hingga akhir 2023,” lanjut Phintraco Sekuritas.