Bisnis.com, JAKARTA – Indeks dolar AS menguat terhadap mata uang utama lain pada akhir perdagangan pekan ini, saat euro dan sterling turun tajam di tengah kegugupan yang berkepanjangan atas penularan kondisi bank-bank AS ke Eropa.
Saham perbankan anjlok di Eropa dengan Deutsche Bank dan UBS Group dihantam oleh kekhawatiran bahwa masalah terburuk yang melanda sektor ini sejak krisis keuangan 2008 belum teratasi.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang saingannya naik 0,536 persen menjadi 103,140, dengan euro turun 0,71 persen menjadi 1,0753 dolar.
"Selama bertahun-tahun, setiap kali ada masalah yang dirasakan atau aktual yang terlihat seperti mengakar, orang pergi ke dolar, dan saya pikir mungkin hanya itu yang ada sekarang," kata Joseph Trevisani, analis senior di FXStreet.com dikutip dari Antara.
Penghindaran risiko juga mengirim sterling 0,53 persen lebih rendah menjadi US$1,222 dolar, meskipun data menunjukkan ekonomi Inggris akan tumbuh pada kuartal pertama dan kepercayaan meningkat.
Pound sterling menyentuh level tertinggi tujuh minggu di US$1,2341 dolar pada Kamis (23/3/2023) dalam perdagangan yang fluktuatif setelah bank sentral Inggris menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 persen.
Baca Juga
Saham perbankan telah terpukul bulan ini menyusul kegagalan mendadak dua pemberi pinjaman regional AS dan penjualan darurat bank Swiss Credit Suisse yang kesulitan terhadap saingannya UBS.
Dunia valas tampaknya menunjukkan serangan penghindaran risiko dengan proksi safe-haven, emas dan yen berkinerja baik dan sebagian besar mata uang lainnya melemah, menurut Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC.
Yen Jepang tetap menguat hanya 0,08 persen versus greenback di 130,73 per dolar.
"Perilaku yang lebih membingungkan mengingat fakta bahwa yen sedikit lebih kuat - Anda dapat berargumen bahwa itu hampir tidak berubah," kata Paresh Upadhyaya, direktur pendapatan tetap dan strategi mata uang di Amundi US melansir dari Antara.