Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan tetap di 5,75 persen. Hal ini dinilai akan memberikan tekanan lebih lanjut pada rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan keputusan BI menahan suku bunga cenderung didorong oleh kebutuhan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi agar tidak terjerembab lebih jauh lagi.
Lionel mengungkapkan, saat ini perekonomian Indonesia tengah mengalami perlambatan yang ditandai dengan kontraksi impor pada Februari sebesar 4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
"Akan tetapi, sulit bagi BI untuk terus menahan suku bunga karena Fed diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga pada bulan ini maupun bulan Mei masing-masing 25 bps dengan puncak tingkat suku bunga 5,25 persen,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (16/3/2023).
Hal ini, lanjutnya, berpotensi memperkuat tekanan depresiasi terhadap rupiah selama satu bulan ke depan. Sehingga BI kemungkinan harus kembali menaikkan suku bunga kembali mulai April 2023 demi menstabilkan rupiah
Dengan rupiah yang semakin tertekan, Lionel mengungkapkan, IHSG berpotensi juga terdampak negatif dari pelemahan rupiah, yakni melalui potensi capital outflow yang terus berlanjut dari Februari hingga saat ini. Sekarang IHSG sedang berada di titik kritis dengan support di 6,550.
Baca Juga
“Bila support ini tembus, maka bear sentiment di IHSG berpotensi berlanjut hingga batas teknikal support berikutnya di 6.250,” jelasnya.
IHSG pada akhir perdagangan Kamis (16/3/2023) terkoreksi 0,94 persen atau 62,40 poin ke 6.565,72. Sepanjang hari ini IHSG bergerak dari posisi terendah di 6542.79 – 6.630,76. Sebanyak 97 saham naik, 473 saham turun dan sisanya 130 saham stagnan.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Maret 2023 untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan pada level 5,75 persen.
Adapun, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50 persen. Perry Warjiyo mengatakan keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter yang pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan ke depan.