Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksikan mencatatkan pelemahan pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (22/8/2025). Terdapat sejumlah sentimen yang menyertai seperti data defisit transaksi berjalan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melemah 0,67% ke level 7.890,72 pada perdagangan kemarin, Kamis (21/8/2025). Meskipun, IHSG masih di zona hijau, menguat 11,45% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Di sisi lain, saat IHSG lesu, pasar saham Indonesia masih mencatatkan arus dana asing. Pada perdagangan kemarin, nilai beli bersih atau net buy asing di pasar saham Indonesia mencapai Rp681,55 miliar.
Tim Riset Phintraco Sekuritas menilai pelemahan IHSG kemarin didorong oleh aksi profit taking terhadap beberapa saham dengan kapitalisasi pasar besar.
Pada perdagangan hari ini, Jumat (22/8/2025), secara teknikal, meskipun dalam jangka menengah panjang tren IHSG masih bullish, namun beberapa indikator menunjukkan potensi koreksi jangka pendek.
"Sehingga IHSG diperkirakan sideways cenderung melemah dengan pergerakan pada rentang 7.800-7.930," tulis Tim Riset Phintraco Sekuritas pada Jumat (22/8/2025).
Baca Juga
IHSG diproyeksi uji resistance di level 7.930, uji pivot 7.900, serta uji support 7.800 pada perdagangan hari ini.
Terdapat sejumlah sentimen yang menyertai pergerakan IHSG. Dari dalam negeri, defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II/2025 mencapai US$3 miliar, dari defisit US$228 juta pada kuartal sebelumnya. Namun, datanya relatif sama dibandingkan dengan kuartal II/2024.
Hal ini menandai defisit neraca transaksi berjalan selama sembilan kuartal berturut-turut dan merupakan defisit terbesar sejak kuartal II/2024, setara dengan 0,8% produl domestik bruto (PDB). Bank Indonesia (BI) menargetkan defisit transaksi berjalan sekitar 0,5%-1,3% PDB tahun ini.
Investor juga akan mencermati data jumlah uang beredar atau M2 di Indonesia per Juli 2025 yang diperkirakan meningkat 6,7% secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan per Juni 2025 yang sebesar 6,5% yoy.
Uang beredar M2 pada Juni 2025 naik 6,5% yoy dari 4,9% yoy per Mei 2025. Akselerasi jumlah uang beredar M2 menandakan aktivitas ekonomi dan likuiditas mulai meningkat, yang disinyalir salah satunya berkat pemangkasan BI Rate serta adanya bansos dari pemerintah.
Sementara itu dari AS, pasar global akan menantikan pidato Ketua The Fed Jerome Powell pada simposium di Jackson Hole hari ini (22/8/2025).
Phintraco Sekuritas menilai terdapat sejumlah saham yang patut diperhatikan hari ini. Deretan saham yang direkomendasikan hari ini antara lain PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA), PT Elnusa Tbk. (ELSA), PT Midi Utama Indonesia Tbk. (MIDI), PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk. (CNMA), dan PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR).
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.