Bisnis.com, JAKARTA — Emiten keramik PT Arwana Citramulia Tbk. (ARNA) menargetkan laba bersih pada 2023 bisa mencapai Rp631,58 miliar, naik 9,6 persen dibandingkan dengan realisasi pada 2022 sebesar Rp576,21 miliar.
Chief of Financial Officer Arwana Citramulia Rudy Sujanto mengatakan target kenaikan laba bersih tersebut bakal didorong dengan potensi kenaikan volume penjualan dan rata-rata harga jual (average selling price/ASP). Penjualan ARNA dari segmen produk dengan harga premium berpotensi naik seiring dengan operasional plant 5C.
“Kami proyeksikan penjualan dari existing lines di 66,6 juta meter persegi, tetapi kami hitung tambahan 3,5 juta meter persegi dari plant 5C sehingga penjualan pada 2023 menjadi 70,14 juta atau naik sekitar 5,3 persen,” kata Rudy dalam paparan publik, Kamis (9/3/2023).
ASP diperkirakan naik 7,4 persen secara tahunan, dari Rp38.831 menjadi Rp41.691 pada 2023 karena perubahan struktur kontribusi produk berdasarkan segmen. Plant 5C diperkirakan akan menambah penjualan sebesar 5 persen, sehingga penjualan bersih pada 2023 diestimasi naik hingga 13 persen dari Rp2,58 triliun pada 2022 menjadi Rp2,92 triliun pada 2023.
Seiring dengan kenaikan penjualan, Rudy mengatakan biaya pokok juga akan mengalami kenaikan di tengah risiko depresiasi rupiah yang berlanjut. ARNA mengestimasi biaya pokok penjualan bakal naik 13,6 persen year on year (YoY) dari Rp1,53 triliun menjadi Rp1,74 triliun pada 2023. Angka ini ditetapkan dengan asumsi nilai tukar rupiah pada 2023 bakal berkisar Rp15.500—Rp15.600 per dolar AS.
ARNA juga mengantisipasi kenaikan biaya operasional karena kenaikan beban transportasi. Rudy mengatakan beban berpotensi naik hingga 18,2 persen menjadi Rp367,47 miliar pada 2023 dari Rp310,87 miliar.
Baca Juga
“Dengan demikian bottom line kami perkirakan akan mencapai Rp631,58 miliar pada 2023. Sementara itu margin laba bersih akan menjadi 21,6 persen pada tahun ini, dari 22,3 persen pada 2022,” kata dia.
Meski demikian, Rudy mengatakan laba bersih ARNA pada 2023 berpotensi menembus Rp675 miliar atau naik hingga 17 persen secara tahunan. Potensi itu berasal dari peluang kenaikan volume penjualan sebesar 6,5 juta meter persegi jika permintaan pasar menguat.
“Pertumbuhan 10 persen ini bukan harga mati. Penjualan kita bisa saja naik ke 74 juta sampai 74,5 juta. Ini sangat bisa terjadi, kalau pasarnya menguat. Dengan demikian, net income kalau penjualan naik menjadi 74 juta akan mendekati Rp675 miliar atau naik sekitar 17 persen,” katanya.