Bisnis.com, JAKARTA - Emiten-emiten milik konglomerat Garibaldi 'Boy' Thohir tercatat memanen cuan hingga akhir 2022. Analis melihat emiten-emiten tersebut memiliki prospek yang menarik sepanjang 2023.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti melihat prospek emiten-emiten milik kakak Menteri BUMN ini ke depan akan cenderung bervariasi. Desy memperkirakan prospek PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR), dan PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA), akan cenderung baik secara jangka menengah, melihat kinerja dan pengembangan bisnis yang dilakukan.
“Pengembangan bisnis ADRO, ADMR, dan ESSA dapat mendongkrak kinerjanya secara konsolidasi,” ujar Desy kepada Bisnis, Kamis (9/3/2023).
Dia menjelaskan, peluang bagi ADRO datang dari sisi kinerjanya yang kuat, yang didorong oleh penguatan permintaan dan harga penjualan rata-rata atau average selling price (ASP), serta diversifikasi bisnis ke bidang energi bersih. Demikian pula dengan ADMR yang kinerjanya cukup baik dan pengembangan smelter aluminium yang saat ini tengah digarap.
“Hanya saja, tantangan ADRO dan ADMR saat ini yaitu dari sisi fluktuasi harga komoditas, kenaikan tarif royalti, dan perlambatan ekonomi global yang dapat mempengaruhi permintaan, serta rencana pengenaan carbon tax,” ucap Desy.
Untuk ESSA menurutnya kinerja emiten gas ini akan cukup baik karena harga gas yang cukup tinggi terimbas keterbatasan pasokan global. Selain itu, pengembangan bisnis amonia ESSA menurut Desy akan menjadi peluang, seiring dengan dorongan pemerintah dalam pemanfaatan energi terbarukan.
Baca Juga
“Terlebih, untuk amonia juga sepenuhnya diekspor, sehingga kenaikan harga turut mempengaruhi kinerja keuangan ESSA. Lalu, dari sisi gas LPG juga realisasi harganya meningkat,” kata dia.
Tantangan bagi ESSA menurutnya akan datang dari sisi fluktuasi harga dan realisasi pembangunan amonia.
Pilarmas Investindo Sekuritas merekomendasikan buy untuk ADRO dengan target price (TP) atau target harga Rp4.000 per saham, ESSA dengan TP Rp1.300, dan ADMR dengan target Rp1.130-Rp1.270.
Sebagai informasi, ADRO mencatatkan kenaikan 166,74 persen menjadi US$2,4 miliar, dari US$933,4 juta secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Kemudian ADMR mencetak laba bersih US$332,21 juta, naik 114,17 persen dibanding US$155,11 juta pada 2021. Begitu pula dengan laba bersih ESSA yang meroket hingga 893,9 persen menjadi US$138,8 juta pada 2022, dibanding tahun 2021 yang senilai US$13,96 juta.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.