Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ambruk Merespons Testimoni Jerome Powell

Pasar saham AS mengalami penurunan mendadak, dengan S&P 500 kembali di bawah 4.000 setelah kesaksian Jerome Powell di hadapan Kongres AS
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York berakhir jatuh pada perdagangan Selasa (7/3/2023) waktu setempat karena retorika hawkish Jerome Powell mendorong pergeseran yang lebih tinggi dalam taruhan suku bunga Federal Reserve.

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (8/3/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 1,72 persen atau 574,98 poin ke 32.856,46, S&P 500 turun 1,53 persen atau 62,05 poin ke 3.986,37, dan Nasdaq tergelincir 1,25 persen atau 145,40 poin ke 11.530,33.

Selama kesaksian di hadapan Komite Perbankan Senat AS, Powell mengisyaratkan para pejabat The Fed siap mempercepat laju pengetatan dan menaikkan suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi jika inflasi terus memanas. Pasar saham mengalami penurunan mendadak, dengan S&P 500 kembali di bawah 4.000.

Pasar swap menunjukkan potensi kenaikan suku bunga setengah poin pada Maret daripada pergerakan seperempat poin, dengan puncak yang diproyeksikan sekarang berada di dekat 5,6 persen .

Perkembangan lain yang mengkhawatirkan adalah laju imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun melebihi 10 tahun dengan poin persentase penuh pada Selasa untuk pertama kalinya sejak 1981.

Situasi di mana suku bunga jangka pendek lebih tinggi daripada suku bunga jangka panjang disebut sebagai kurva inversi dan sering dilihat sebagai pertanda potensi resesi. Indeks dolar AS naik 1 persen, menenggelamkan harga komoditas, dengan harga minyak jatuh terbesar sejak awal Januari 2023.

“Perekonomian berkinerja sangat baik, tetapi itu dapat mempersulit upaya Fed untuk menurunkan inflasi. Oleh karena itu, The Fed dapat mempercepat kenaikan suku bunga dan kenaikan lebih dari yang diharapkan untuk menurunkan inflasi. Ini bukan berita yang mengejutkan, tapi ini adalah pengingat yang sulit bagi pasar setelah reli yang begitu cepat.” kata Callie Cox, analis eToro.

Menurut John Lynch dari Comerica Wealth Management, kemajuan tajam dalam saham dari posisi terendah Oktober memang didukung oleh "harapan atas kenyataan”.

Dia menambahkan bahwa prospek suku bunga Fed yang lebih tinggi untuk waktu lebih lama harus ditanggapi secara serius oleh pasar.

Beberapa ekonom juga menganggap pernyataan Powell sebagai tanda bahwa The Fed cenderung mengambil langkah yang lebih besar pada pertemuan 21-22 Maret 2023, meskipun beberapa pengamat pasar masih mengharapkan bank sentral untuk meluncurkan kenaikan 25 basis poin secara bertahap.

Pembuat kebijakan The Fed akan memiliki kesempatan untuk meninjau data pekerjaan Februari dan pembaruan harga konsumen sebelum mereka bertemu lagi.

Menurut David Russell di TradeStation beberapa laporan ekonomi berikutnya dapat menjadi sorotan karena dapat membentuk proyeksi ekonomi Fed pada pertemuan kebijakan berikutnya. Pasar tenaga kerja yang sangat ketat dan inflasi yang terus-menerus tinggi meningkatkan kemungkinan bahwa Fed dapat menaikkan suku bunganya hingga setinggi 6 persen, dari kisaran saat ini antara 4,5 persen dan 4,75 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper