Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Ketar-Ketir IHSG Terus Amblas Akibat Sentimen Suku Bunga The Fed

Pergerakan IHSG bahkan terkoreksi hingga 4,85 persen secara kumulatif dari 13 sesi. Lesunya IHSG dinilai disebabkan oleh sentimen perekonomian Amerika Serikat.
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,59 persen ke level 6.766,75 pada perdagangan Selasa (7/3/2023). Pergerakan IHSG bahkan terkoreksi hingga 4,85 persen secara kumulatif dari 13 sesi. Lesunya IHSG dinilai disebabkan oleh sentimen perekonomian Amerika Serikat (AS).

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan inflasi AS masih belum terkendali lantaran hanya terjadi penurunan 0,1 persen. Hal ini lantas mengakibatkan suku bunga berpotensi naik lebih tinggi.

“Oleh sebab itu ada rasa khawatir adanya potensi kenaikkan tingkat suku bunga lebih tinggi,” ujar Nico kepada Bisnis, Selasa (7/3/2023). Selain itu, dia mengatakan Producer Price Index (PPI) atau indeks harga produsen AS yang masih bergerak positif menandakan tingkat inflasi akan tetap konsisten. Terlebih lagi masih ada potensi resesi dan perlambatan perekonomian global.

Dia menyebut IHSG yang sudah memasuki masa konsolidasi hingga lima pekan membutuhkan sebuah dorongan. Dari dalam negeri sentimen yang harus diperhatikan adalah cadangan devisa dan indeks keyakinan konsumen. 

Sementara dari AS, beberapa data yang perlu diperhatikan adalah permintaan pabrik, perubahan data tingkat ketenaga kerjaan , dan inventori grosir yang diproyeksi menurun.

Kemudian beberapa data yang diproyeksi naik adalah data klaim pengangguran, dan klaim pengangguran berkelanjutan. Selain itu, beberapa data penting yang patut diperhatikan adalah permintaan barang tahan lama, neraca dagang , pengukuran lowongan pekerjaan, dan angka pengangguran.

“Diperkirakan rentang IHSG sekitar 6.785 sampai 6.875,” tuturnya.

Secara terpisah, Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan pidato Gubernur Federal Reserve Jerome Powell dihadapan kongres AS nanti malam akan menjadi fokus para pelaku pasar. 

Pidato Powell akan memberikan arahan mengenai besaran kenaikan suku bunga yang akan diambil oleh the Fed. Bank sentral AS tersebut kemungkinan akan menaikan suku bunga sekitar 25 basis poin hingga 50 basis poin.

“Tingkat inflasi tampak tak bergeming, aktivitas usaha, serta pertambahan tenaga kerja terlihat resilient,” ujar Liza kepada Bisnis, Selasa (7/3/2023).

Lebih lanjut, dia mengatakan data Non-Farm Payroll diprediksi mencapai angka 200 ribu. Diharapkan data tersebut tidak meroket seperti yang terjadi pada Januari 2023. Data US Non-Farm Payroll mencapai 517.000 pada Januari 2023.

Dia menyebut secara logika, semakin banyak orang mendapat pekerjaan, maka terdapat penghasilan dan kemampuan belanja. Hal ini berimbas terhadap inflasi AS sehingga sulit untuk turun.

Pelaku pasar disebut sudah memperhitungkan suku bunga acuan AS bisa mencapai puncaknya 6 persen pada 2023. Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan awal sekitar 5 persen sampai 5,1 persen. Hal senada juga diutarakan oleh Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya. Dia menyebut pasar masih menunggu pidato dari Jerome Powell untuk melihat arah kenaikan suku bunga.

Selain itu, anggota European Central Bank (ECB) atau Bank Sentral Eropa Robert Holzmann juga mengusulkan kenaikan suku bunga hingga empat kali lipat. Kenaikan suku bunga dilakukan masing-masing 50 basis poin untuk menurunkan inflasi sesuai target.

“Sehingga pelaku pasar khawatir jika Bank Sentral AS juga akan bersikap hawkish,” ujar Cheril kepada Bisnis, Selasa (7/3/2023). Kondisi tersebut membuat indeks dolar AS kian menguat, sedangkan nilai tukar rupiah melemah ke level Rp15.255 atau terendah dalam delapan pekan terakhir.

Dia menyebut IHSG akan menguji support pada rentang 6.650 hingga 6.680. Sementara resisten berada di level 6.800.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper