Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Saham BUMN Karya, Terdorong Anggaran Infrastruktur dan IKN

Emiten BUMN Karya diperkirakan mendapatkan angin segar seiring adanya kenaikan anggaran infrastruktur pada 2023 dan proyek IKN.
Emiten BUMN Karya diperkirakan mendapatkan angin segar seiring adanya kenaikan anggaran infrastruktur pada 2023 dan proyek IKN. Bisnis/Arief Hermawan P
Emiten BUMN Karya diperkirakan mendapatkan angin segar seiring adanya kenaikan anggaran infrastruktur pada 2023 dan proyek IKN. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten BUMN Karya diperkirakan mendapatkan angin segar seiring adanya kenaikan anggaran infrastruktur pada 2023. Proyek Ibu Kota Negara (IKN) juga menjadi katalis positif bagi para emiten seperti WSKT, WIKA, ADHI dan PTPP.

Adapun pemerintah meningkatkan anggaran infrastruktur dari Rp365,8 triliun (realisasi 2022) menjadi Rp392 triliun pada APBN 2023. Angka tersebut meningkat sekitar 7 persen dari kontraksi sebesar minus 13 persen pada 2022.

Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian mengatakan pandemi Covid-19 yang relatif terkendali memberi ruang bagi pemerintah untuk mendorong akselerasi pembangunan proyek infrastruktur. Diantaranya seperti proyek strategis nasional (PSN) termasuk pembangunan IKN.

Pemerintah disebut tengah fokus dalam mengupayakan pemerataan infrastruktur terlebih dengan adanya pemindahan ibu kota. Selain itu, persiapan Pemilu 2024 juga berpotensi mengakselerasi realisasi proyek infrastruktur pada 2023 dan 2024.

“Hal-hal diatas berpotensi mendorong peningkatan perolehan kontrak baru bagi emiten konstruksi dan diperkirakan dapat mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan,” ujar Rio kepada Bisnis, Senin (6/3/2023).

Selain itu, dia juga menyoroti kinerja PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) yang tengah dalam proses restrukturisasi. Restrukturisasi utang WSKT berupa penangguhan pembayaran pokok, penangguhan pembayaran kupon atau bunga, dan penambahan jangka waktu untuk pelunasan pinjaman.

Dia menyebut potensi keberhasilan restrukturisasi cukup besar karena terdapat sejumlah upaya yang dapat dilakukan WSKT untuk memperbaiki struktur permodalan. Salah satunya adalah melalui rencana rights issue yang didalamnya termasuk Penyertaan Modal Negara (PMN).

Berikut adalah rekomendasi dari Rio untuk emiten BUMN Karya

WSKT - Wait and See

Stohastic RSI sudah losing momentum, seiring MACD yang cenderung bergerak turun. Waspadai potensi pelemahan lanjutan.

Resistance 2 : 372

Resistance 1 : 338

Support : 284

ADHI - Wait and See

MACD mengindikasikan pembentukan deathcross. Hal ini berpotensi melanjutkan pelemahan ke support level 422.

Resistance : 484

Pivot : 454

Support : 422

PTPP - Buy on Support

Stochastic RSI mengindikasikan deathcross, sejalan dengan pelebaran negative slope MACD. Pertimbangkan buy on support selama bertahan di 605.

Target : 645

Entry : >=605

Support : 585

WIKA - Wait and See

Stochastic RSI dan MACD mengindikasikan pembentukan deathcross. Potensi pelemahan lanjutan ke support 580.

Resistance 2 : 705

Resistance 1 : 640

Support : 580

Secara terpisah, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan kinerja emiten BUMN Karya seperti WSKT, ADHI, PTPP, dan WIKA masih mencatatkan return yang negatif baik secara year-to-date (YtD) maupun month-to-date (MtD). Catatan negatif terjadi lantaran perusahaan mengalami banyak masalah seperti utang besar, gagal bayar utang, hingga masalah manajemen secara internal.

“Kalau kita lihat valuasi emiten tersebut juga bisa disebutkan lumayan overvalued dibandingkan rata-rata emiten di sektor konstruksi berdasarkan price earning ratio (PER),” ujar Arjun kepada Bisnis, Senin (6/3/2023).

Berdasarkan data RTI, WSKT memiliki PER di posisi 15.345 kali, ADHI memiliki PER di posisi 131,35 kali, PTPP memiliki PER di posisi 20,28 kali, dan WIKA memiliki PER di posisi minus 145,57 kali.

Lebih lanjut, dia mengatakan momentum saham BUMN Karya masih negatif dan berada dalam fase downward trend. Selain itu, tidak ada indikasi akan mengalami pembalikan arah dalam jangka waktu dekat.

Adapun katalis yang dapat mendorong kinerja keuangan secara jangka panjang adalah proyek IKN yang memiliki nilai kontrak cukup besar. Namun, secara jangka pendek tidak ada katalis yang dapat mendongkrak kinerja para emiten tersebut.

“Saya tidak merekomendasikan beli emiten tersebut saat ini menurut saya investor lebih baik tunggu katalis positif yang bisa mendorong kinerja keuangan dalam waktu jangka pendek,” tuturnya.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper