Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat Tipis ke Rp15.260 Meski Dolar AS Naik

Rupiah ditutup menguat tipis 0,06 persen ke posisi Rp15.260 pada perdagangan hari ini (28/2/2023). Adapun dolar AS juga tercatat naik 0,16 persen ke 104,83.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat ke level Rp15.260 pada penutupan perdagangan Selasa (28/2/2023). Seiring dengan penguatan rupiah, indeks dolar AS juga ditutup naik.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.01 WIB, rupiah ditutup menguat 0,06 persen atau naik 9,5 poin ke Rp15.260 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah menguatnya indeks dolar AS sebesar 0,16 persen ke 104,83.

Bersama dengan rupiah, beberapa mata uang kawasan Asia yang menguat terhadap dolar AS adalah peso Filipina naik 0,51 persen, rupee India naik 0,15 persen, dan yuan Cina naik 0,01 persen.

Sementara itu, mata uang kawasan Asia yang melemah terhadap dolar AS adalah baht Thailand turun 1,05 persen, dolar Taiwan turun 0,69 persen, yen Jepang turun 0,40 persen, dolar Singapura turun 0,25 persen, ringgit Malaysia turun 0,24 persen, dolar Hong Kong turun 0,06 persen, dan won Korea Selatan turun 0,01 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS melanjutkan reli setelah jeda singkat pada awal pekan. Hal tersebut membawa dolar AS mengakhiri Februari 2023 dengan kenaikan setelah empat bulan beruntun menurun.

Pasar memperkirakan Federal Reserve harus menaikkan suku bunga lebih dari perkiraan sebelumnya. Adapun perkiraan menguat setelah rilisnya serangkaian data perekonomian AS yang membuat greenback melemah dalam beberapa pekan terakhir.

“Ketahanan di ekonomi terbesar dunia telah memberikan alasan bagi para pembuat kebijakan Fed untuk tetap hawkish, dengan investor sekarang mengharapkan suku bunga dana Fed mencapai puncak tepat di atas 5,4 persen pada September 2022,” ujar Ibrahim dalam riset, Selasa (28/2/2023).

Lebih lanjut, dia mengatakan Inggris dan Uni Eropa mengumumkan kesepakatan untuk pengaturan perdagangan pasca British Exit (Brexit) untuk Irlandia Utara yang dikenal sebagai Windsor Framework. Kesepakatan tersebut mencerahkan prospek ekonomi Inggris Pasca Brexit.

Terlebih lagi Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menyebut akan membuka jalan bagi babak baru dalam hubungan London dengan blok tersebut. Parlemen Inggris juga diperkirakan memberikan suara dalam kesepakatan tersebut.

Adapun dari pihak oposisi, Partai Buruh menuebut akan memberikan suara setuju. Sementara Pemimpin Partai Persatuan Demokratik Irlandia Utara (DUP) mengatakan partainya sedang mengerjakan rinciannya.

Dari dalam negeri, Ibrahim menyebut perekonomian cenderung melambat, tetapi tidak akan mencapai resesi pada 2023. Hal tersebut menjadi landasan karena kinerja perekonomian AS juga diharapkan tidak mengalami resesi pasca pandemi Covid-19.

“Tiongkok juga sudah kembali membuka ekonominya terhadap global. Kemudian ekonomi Eropa juga lebih reselien meski sempat dihantam lonjakan harga minyak,” tuturnya.

Sementara perekonomian Indonesia masih memiliki ketahanan pasca tumbuh 5,3 persen pada 2022. Hal ini menjadi modal optimisme Indonesia dengan ditopang konsumsi domestik meski inflasi sektor pangan harus dikendalikan.

Pemerintah juga disebut memiliki sejumlah strategi untuk mengendalikan inflasi baik di pusat maupun daerah. Strategi tersebut utamanya adalah untuk mengendalikan harga pangan yng relatif tinggi mendekati bulan ramadhan.

Bank Indonesia (BI) juga terus meracik strategi demi mengendalikan inflasi dengan menaikan suku bunga acuan dan suku bunga kredit. Selain itu, BI juga melakukan intervensi di pasar valas obligasi di perdagangan Domestic Non-Deliverable Forwade (DNDF) dengan menggunakan rupiah sebagai alat intervensinya.

Ibrahim memproyeksikan rupiah dibuka fluktuatif pada perdagangan besok. Namun, ditutup melemah pada rentang Rp15.230 hingga Rp15.300.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper