Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.270 pada penutupan perdagangan Senin (27/2/2023). Pelemahan rupiah terjadi kala indeks dolar AS melemah pada hari ini.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.01 WIB, rupiah ditutup melemah 0,28 persen atau turun 42,5 poin ke Rp15.270 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah melemahnya indeks dolar AS sebesar 0,05 persen ke 105,16.
Bersama dengan rupiah, beberapa mata uang kawasan Asia yang melemah terhadap dolar AS adalah ringgit Malaysia turun 1,02 persen, peso Filipina turun 0,98 persen, dolar Taiwan turun 0,69 persen, baht Thailand turun 0,55 persen, rupee India turun 0,16 persen, dan yuan China turun 0,07 persen.
Sementara itu, mata uang kawasan Asia yang menguat terhadap dolar AS adalah yen Jepang naik 0,21 persen, dolar Hong Kong naik 0,03 persen, dan dolar Singapura turun 0,02 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan data pengeluaran konsumsi pribadi sebagai pengukuran inflasi pilihan the Fed menunjukkan inflasi AS masih kuat hingga Januari 2023. Hal ini memberikan the Fed lebih banyak dorongan untuk terus menaikkan suku bunga dan bahkan membuat dolar stabil pada perdagangan hari ini.
Sinyal hawkish the Fed terhadap kenaikan suku bunga telah memukul mata uang dalam beberapa pekan terakhir. Adanya kenaikan suku bunga AS juga akan mempersempit kesenjangan antara utang berisiko dan berisiko rendah.
Baca Juga
Ibrahim menyebut imbal hasil treasury AS yang meningkat setelah pembacaan inflasi menambah tekanan terhadap unit regional. Adapun unit regional diperkirakan akan mengalami tekanan jangka pendek yang lebih besar.
Adapun Incoming Bank of Japan Gubernur Kazuo Ueda mengatakan kebijakan moneter lebih besar daripada biaya. Hal ini menekankan bahwa perlunya mempertahankan dukungan untuk perekonomian negara dengan suku bunga yang sangat rendah.
“Fokus minggu ini juga tertuju pada data nonfarm payrolls AS untuk bulan Januari, yang akan dirilis pada hari Jumat. Tanda-tanda kekuatan apa pun di pasar pekerjaan memberi Fed lebih banyak ruang kepala untuk mempertahankan kenaikan suku bunga,” ujar Ibrahim dalam riset, Senin (27/2/2023).
Ibrahim juga menyebut rilisnya data indeks manajer pembelian per Februari 2023 akan memberikan lebih banyak isyarat mengenai potensi pemulihan perekonomian China pada 2023. Meski demikian pasar ragu perekonomian China dapat pulih pada tahun ini.
Sementara itu, China terus melonggarkan sebagian besar kebijakan anti Covid-19 meski mengalami lonjakan penularan virus yang besar.
Dari dalam negeri, Ibrahim menyebut pasar terus mengamati perkembangan utang pemerintah yang terus meningkat. Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), utang pemerintah mencapai Rp7.754 triliun dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 38,56 persen per Januari 2023.
Sementara itu, posisi utang pemerintah telah meningkat dari Rp7.733 triliun dari Desember 2022. Adapun utang pemerintah berdenominasi rupiah mendominasi dengan proporsi 71,45 persen.
“Dominasi rupiah dalam utang pemerintah sejalan dengan kebijakan umum pembiayaan utang, yaitu mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri dan memanfaatkan utang luar negeri sebagai pelengkap,” kata Ibrahim.
Kebijakan pembiayaan utang tersebut dilakukan dengan koordinasi dan kerja sama antara pemerintah dan Bank Indonesia dalam menghadapi volatilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Hal ini sekaligus menjadi langkah untuk menghadapi pembayaran kewajiban utang luar negeri sehingga risiko nilai tukar lebih terjaga.
Penguatan nilai rupiah terhadap berbagai mata uang asing turut berkontribusi menurunkan utang pemerintah dalam valuta asing pada periode Desember 2022 hingga Januari 2023. Mayoritas komposisi utang pemerintah berupa instrumen Surat Berharga negara (SBN) yang mencapai 88,9 persen.
Ibrahim memproyeksikan rupiah dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah pada rentang Rp15.250-Rp15.320.