Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah ke level Rp15.258 pada pembukaan perdagangan Senin (27/2/2023), meskipun indeks dolar di zona merah.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.30 WIB, rupiah dibuka melemah 0,20 persen atau turun 30 poin ke Rp15.258 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah indeks dolar AS yang juga melemah namun berada di posisi tinggi, sebesar 0,10 persen ke 105,64.
Bersama dengan rupiah, seluruh mata uang kawasan Asia yang melemah terhadap dolar AS. Di antaranya adalah dolar Taiwan turun 0,69 persen, won Korea Selatan Turun 0,75 persen, baht Thailand turun 0,24 persen, dan yuan Cina turun 0,01 persen.
Selanjutnya, peso Filipina turun 0,37 persen, ringgit Malaysia turun 0,58 persen, dan rupee India turun 0,01persen.
Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah dibuka berfluktuatif pada perdagangan awal pekan depan. Namun, berpotensi ditutup melemah pada rentang Rp15.200-Rp15.260.
Ibrahim mengatakan indeks dolar AS dan indeks berjangka dolar akan naik lebih dari 0,6 persen. Sementara pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) semester II/2022 akan direvisi menjadi lebih rendah. Selain itu, penurunan klaim pengangguran mingguan menunjukkan pasar kerja tetap panas.
Baca Juga
“Gubernur BOJ pada bulan April, mengatakan dalam sebuah kesaksian parlemen bahwa bank sentral sebagian besar akan mempertahankan kebijakan ultra-akomodatif dalam waktu dekat, mengutip ekonomi yang lemah,” kata Ibrahim dalam riset, Jumat (24/2/2023).
Adapun data menunjukkan inflasi konsumen jepang mencapai level tertinggi selama lebih dari 41 tahun pada Januari 2023. Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda mengaitkan lonjakan inflasi belakangan dengan masalah sisi penawaran.
Ibrahim menyebut kenaikan inflasi telah membebani perekonomian Jepang dalam beberapa bulan terakhir. Hal tersebut memberikan tekanan kepada BOJ untuk memperketat kebijakan. Selain itu, pedagang asing juga menumpuk obligasi Jepang selama seminggu terakhir di tengah taruhan pengetatan kebijakan.
Dia menyebut fokus sekarang lebih tepat kepada indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi sebagai pengukur inflasi pilihan Federal Reserve. Indeks tersebut diharapkan untuk menegaskan kembali inflasi tetap tinggi pada Januari 2023.
"Sementara risiko tumbuh bahwa Fed dapat mengangkat perkiraannya pada tingkat suku bunga puncak pada pertemuan bulan depan, pedagang juga akan fokus pada apakah proyeksi Fed, atau plot titik, terus menunjukkan pelonggaran 100 basis poin pada tahun 2024,” jelasnya.
Dari dalam negeri, perekonomian global kemungkinan akan melambat akibat terjadinya konflik Rusia-Ukraina yang terus berlanjut. Konflik ini bahkan ditakutkan berpotensi menjadi perang dunia ketiga akibat banyaknya negara ketiga yang ikut berpartisipasi.
Pemerintah juga terus membuat langkah strategis guna menahan perlambatan ekonomi di 2023. Hal ini untuk menopang ekonomi dalam negeri terus membaik dan jauh dari krisis. Indonesia sendiri merupakan negara agraris yang memiliki kandungan komoditas yang luar biasa baik dari agrikultur maupun komoditas tambang. Presiden Joko Widodo lantas meminta pemerintah untuk melakukan hilirisasi di daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pentingnya menjaga iklim investasi juga menjadi kunci pertumbuhan ekonomi. Semua negara disebut membutuhkan investasi untuk memutar roda perekonomian yang sempat macet akibat pandemi Covid-19 dan konflik Rusia-Ukraina.
Kunci dari menjaga iklim investasi adalah agar para Gubernur bank sentral mempermudah perizinan yang membuat investor tidak mengalami kendala maupun hambatan. Para Gubernur perlu segera mengubah proses perizinan investasi dengan memanfaatkan teknologi informasi.
“Menggunakan digitalisasi, perizinan investasi akan makin mudah dan cepat sehingga akan menarik bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia,” jelasnya.