Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di tengah kewaspadaan investor terkait rencana The Fed menaikkan suku bunga lanjutan.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan pelemahan IHSG tak terlepas dari sentimen eksternal. Pelaku pasar atau investor khawatir terkait penerapan kebijakan moneter The Fed.
Menurut dia tingkat inflasi Amerika Serikat yang tak sesuai ekspektasi pasar berpotensi membuat Bank Sentral AS atau The Fed dapat menerapkan kebijakan pengetatan moneter. Pasar yang menanti rilis FOMC nanti malam jadi salah satu biang keladi memerahnya IHSG hari ini.
"Jadi hal tersebut membuat pelaku pasar dan investor khawatir terkait potensi penerapan kebijakan moneter dari The Fed secara berkelanjutan di tahun ini," kata Nafan kepada Bisnis, Rabu (22/2/2023).
Nafan mengatakan pelaku pasar berekspektasi kuat bahwa The Fed akan terus menerapkan kebijakan pengetatan moneter. Hal ini mempertimbangkan faktor data manufaktur, inflasi, dan kinerja makroekonomi Amerika Serikat belakangan ini.
"Jadi otomatis membuat investor juga pelaku pasar berekspektasi kuat The Fed akan terus menerapkan kebijakan tightening monetary policy," katanya.
Baca Juga
Adapun, IHSG terpantau terkoreksi sebesar 0,92 persen ke level 6.809,97 pada hari ini. Tercatat sebanyak 173 saham menguat, 353 melemah, dan 190 lainnya stagnan. Total kapitalisasi pasar pada hari ini mencapai Rp9.446,26 triliun.
Berdasarkan data RTI pukul 15.01 WIB, IHSG melemah 63,43 poin dan sempat mencapai level tertinggi di 6.875,39 dan terendah di 6.781,22 sepanjang sesi. Sebanyak 173 saham menguat, 353 saham melemah, dan 190 saham di posisi yang sama dengan penutupan kemarin.
Penurunan IHSG terutama disebabkan oleh melemahnya saham-saham di sektor teknologi. Sektor ini menutup perdagangan dengan koreksi sebesar 2,35 persen. Kemudian sektor kesehatan menyusul dengan pelemahan 1,90 persen dan industrial turun finansial 1,19 persen. Sektor industri menjadi satu-satunya yang menguat dengan kenaikan sebesar 0,10 persen.