Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Bersama Mata Uang Asia Tertekan Dolar AS

Rupiah ditutup melemah 0,20 persen atau turun 31 poin ke Rp15.190 per dolar AS di tengah tekanan dolar AS yang membebani mata uang Asia.
Rupiah ditutup melemah 0,20 persen atau turun 31 poin ke Rp15.190 per dolar AS di tengah tekanan dolar AS yang membebani mata uang Asia. JIBI/Himawan L Nugraha. rn
Rupiah ditutup melemah 0,20 persen atau turun 31 poin ke Rp15.190 per dolar AS di tengah tekanan dolar AS yang membebani mata uang Asia. JIBI/Himawan L Nugraha. rn

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.190 pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (21/2/2023). 

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,20 persen atau turun 31 poin ke Rp15.190 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah menguatnya indeks dolar AS sebesar 0,24 persen ke 104,11.

Bersama dengan rupiah, seluruh mata uang kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Di antaranya adalah baht Thailand turun 0,66 persen, yuan Cina turun 0,27 persen, yen Jepang turun 0,24 persen, dolar Singapura turun 0,18 persen, dolar Taiwan turun 0,18 persen.

Selanjutnya, peso Filipina turun 0,17 persen, won Korea Selatan turun 0,11 persen, dolar Hong Kong turun 0,10 persen, rupee India turun 0,04 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,04 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan menguatnya dolar AS disebabkan oleh para pelaku pasar yang menunggu data ekonomi untuk mencari tahu apa perlu mendorong dolar naik lebih jauh.

Selain itu, kuatnya data tenaga kerja AS dan inflasi yang ketat telah meningkatkan ekspektasi suku bunga AS dan mendorong penguatan dolar pada Februari 2023. Kemudian data manufaktur Eropa dan AS, serta harga inti PCE akan menentukan kebijakan suku bunga dari the Fed.

"Dana Fed berjangka saat ini menyiratkan sekitar 16 persen peluang untuk itu [kenaikan]. Sementara di Eropa, kenaikan 50 basis poin pada Maret 2023 sudah diperhitungkan," ujar Ibrahim dalam riset, Selasa (21/2/2023).

Panasnya perbincangan mengenai inflasi AS telah menghentikan reli harga emas. Hal ini lantaran pasar menilai kembali ekspektasi mereka untuk kenaikan suku bunga tahun ini.

Tingginya inflasi ditambah dengan tanda-tanda penguatan pasar tenaga kerja membuat the Fed memiliki dorongan yang cukup untuk menaikkan suku bunga. The Fed kemungkinan akan mengulangi sikap hawkish pada risalah pertemuan besok.

Adanya lonjakan imbal hasil treasury AS dan dolar membebani aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas dan logam lainnya. Naiknya imbal hasil AS seiring dengan suku bunga, membuat prospek emas redup dalam jangka pendek.

"Beberapa pejabat Fed memperingatkan bahwa suku bunga AS bisa naik melewati 6 persen tahun ini," katanya.

Dari dalam negeri, Indonesia memiliki perekonomian yang kuat dengan pertumbuhan bisa terus diatas 5 persen hingga 2024. Beberapa indikator pertumbuhan juga perlu dijaga untuk menjaga pertumbuhan.

Adapun agar permintaan konsumsi rumah tangga bisa tumbuh diatas 5 persen, inflasi perlu dikendalikan. Selain itu, kepercayaan diri dari konsumen harus dijaga selagi memperkuat momentum investasi.

Pemerintah disebut akan memprioritaskan dana untuk penurunan kemiskinan hingga nol persen pada 2024. Prioritas lainnya adalah menekan angka stunting yang membutuhkan peningkatan anggaran.

Dari investasi, pemerintah akan mendukung investasi hingga meningkat signifikan pada 2024. Insentif fiskal juga akan digunakan untuk mendukung berbagai transformasi industri.

Manufaktur juga masih menjadi fokus karena dapat meningkatkan produktivitas dari perekonomian nasional. Pemerintah juga memperkirakan dapat terus menjaga anggaran 2024.

Ibrahim memproyeksikan rupiah kemungkinan dibuka fluktuatif, tetapi ditutup melemah pada rentang Rp15.180 hingga Rp15.230 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper