Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cek Saham Selain Waskita (WSKT) yang Berisiko Tinggi Tunda Bayar Obligasi

Emiten di sektor konstruksi dan manufaktur dinilai memiliki profil risiko yang rentan terhadap penundaan pembayaran obligasi seperti Waskita Karya (WSKT).
Karyawan beraktivitas disekitar logo PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), Jakarta, Selasa (11/10/2022). Bisnis/Abdurachman
Karyawan beraktivitas disekitar logo PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), Jakarta, Selasa (11/10/2022). Bisnis/Abdurachman

summary: Emiten di sektor konstruksi dan manufaktur dinilai memiliki profil risiko yang rentan terhadap penundaan pembayaran obligasi seperti Waskita Karya (WSKT).


Bisnis.com, JAKARTA - Emiten konstruksi pelat merah PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) menunda pembayaran kupon obligasinya dan dikabarkan akan menunda pembayaran obligasi senilai Rp2,3 triliun pada pekan depan. Selain Waskita Karya, analis melihat terdapat beberapa emiten dengan profil risiko tinggi untuk menunda pembayaran obligasi.


Head of Non-Financial Institution Ratings Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Yogie Surya Perdana mengatakan penundaan atas pembayaran kupon Waskita Karya menjadi berita yang kurang baik dan menyenangkan di pasar. 


"Waskita Karya ini salah satu BUMN Karya yang high profile, jadi memang unfortunate event atas penundaan pembayaran ini. Di pasar juga menerimanya kurang baik dan cukup negatif," kata Yogie kepada Bisnis, dikutip Minggu (19/2/2023). 


Meski demikian, Yogie menuturkan BUMN Karya lain seperti PTPP, Adhi Karya, hingga Hutama Karya memiliki utang yang lebih bisa diatur (manageable) secara risiko. Menurutnya, kabar dari emiten berkode saham WSKT dapat mempengaruhi BUMN konstruksi secara umum.


"Memang tergantung strategi masing-masing perusahaan untuk memitigasi risiko yang muncul. Jadi memang fungsinya bagaimana memanage risiko," tuturnya.


Adapun selain WSKT, Yogie melihat beberapa emiten di sektor seperti manufaktur dan properti memiliki profil risiko yang tinggi mengalami hal yang sama seperti WSKT.


Vice President Credit Analyst Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Teddy Hariyanto menuturkan selain konstruksi, risiko gagal bayar dapat menghantui sektor yang sangat terekspose oleh volatilitas mata uang asing, memiliki tingkat hutangnya dalam USD yang cukup tinggi, dan konten impor nya produk nya tinggi. 


Perusahaan di dalam sektor tersebut memiliki sumber pendapatan dalam rupiah, tetapi biaya yang dikeluarkan dalam USD atau mata uang asing. 


"Sektor konstruksi dan property masih juga perlu di cermati karena proses recovery para korporasi di sektor ini masih lambat," tutur Teddy.


Penyebabnya, lanjut Teddy, adalah tingginya ketidakpastian global yang bisa memicu volatilitas yang tinggi bagi credit market di Indonesia.


Adapun menurutnya hal penting untuk dicermati investor dalam memilih issuer adalah peringkat obligasi yang investment grade. Lalu, siapa pemilik dan manajemen perusahaan, profil bisnis issuer, tingginya leverage, dan net operating cash flow yang positif. 


Investor juga dapat mencermati perusahaan dengan likuiditas yang baik, profitabilitas yang solid, dukungan dari pemegang saham dan grup perusahaan, dan track record perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper