Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak WTI Turun ke US$78, Tertekan Dolar AS hingga Stok

Harga minyak mentah WTI melemah seiring dengan meningkatnya dolar AS dan meningkatnya persediaan di Amerika.
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak. Harga minyak mentah WTI melemah seiring dengan meningkatnya dolar AS dan meningkatnya persediaan di Amerika. /Bloomberg
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak. Harga minyak mentah WTI melemah seiring dengan meningkatnya dolar AS dan meningkatnya persediaan di Amerika. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak sedikit lebih rendah pada akhir perdagangan Kamis (17/2/2023) karena investor mencerna sinyal ekonomi AS yang beragam, prospek pemulihan permintaan China, dan peningkatan stok minyak mentah AS.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret melemah 10 sen menjadi US$78,49, dan harga minyak Brent untuk pengiriman April jatuh 24 sen menjadi US$85,14 per barel.

Sementara data AS menunjukkan pasar pekerjaan AS tetap kuat, ukuran manufaktur di wilayah Atlantik tengah tiba-tiba anjlok, mengutip Antara.

Presiden Federal Reserve Cleveland, Loretta Mester mengatakan bank sentral bisa menjadi lebih agresif dengan kenaikan suku bunga jika inflasi mengejutkan. Pembacaan terbaru tentang inflasi menunjukkan harga tetap tinggi. Namun, Mester tidak memprediksi AS jatuh ke dalam resesi.

Dolar AS secara singkat naik ke puncak enam minggu terhadap sekeranjang mata uang setelah data AS, membebani minyak, karena dolar yang kuat membuat komoditas berdenominasi greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

"Brent gagal lagi untuk bergerak di atas rata-rata pergerakan 100 hari minggu ini," kata analis UBS Giovanni Staunovo, dikutip dari Reuters.

Harga minyak Brent telah berayun dalam kisaran US$80-US$90 per barel selama enam minggu terakhir, sementara WTI berkisar antara US$72-US$83 dolar AS sejak Desember 2022.

Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (15/2/2023) melaporkan stok minyak mentah AS minggu lalu naik ke level tertinggi sejak Juni 2021 setelah peningkatan yang lebih besar dari perkiraan.

"Harga minyak sangat berombak saat ini, dengan pedagang memiliki banyak hal untuk mendapatkannya," analis OANDA Craig Erlam mengatakan dalam sebuah catatan, menunjuk pemotongan 500.000 barel per hari Rusia untuk produksi minyak mulai Maret, pemulihan ekonomi China yang kuat dan prospek ekonomi global yang tidak pasti.

Prospek pemulihan permintaan China telah berkontribusi pada sentimen bullish. China akan menyumbang hampir setengah dari pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini setelah melonggarkan pembatasan COVID-19, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada Rabu (15/2/2023).

Lembaga pengawas yang berbasis di Paris itu menggemakan pandangan serupa dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang minggu ini menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global 2023 di tengah pertumbuhan permintaan China.

Di sisi pasokan, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan kesepakatan OPEC+ saat ini untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari (bph) akan dikunci hingga akhir tahun, menambahkan dia tetap berhati-hati terhadap permintaan China.

Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York, menyampaikan rencana Presiden AS Joe Biden untuk melepaskan lebih banyak minyak dari Cadangan Minyak Strategis negara itu juga akan membatasi setiap reli yang berkembang dalam beberapa minggu mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper