Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Tertekan Dolar AS dan Prospek The Fed

Harga minyak tertekan tingginya dolar AS dan prospek The Fed mengerek suku bunga lanjutan.
Harga minyak tertekan tingginya dolar AS dan prospek The Fed mengerek suku bunga lanjutan. /nicholloils.com
Harga minyak tertekan tingginya dolar AS dan prospek The Fed mengerek suku bunga lanjutan. /nicholloils.com

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melemah pada akhir perdagangan Rabu (15/2/2023), tertekan oleh penguatan dolar AS serta kekhawatiran investor kenaikan suku bunga akan memperlambat ekonomi dan memangkas permintaan bahan bakar global.

Harga minyak WTI kontrak Maret 2023 turun 47 sen atau 0,6 persen menjadi US$78,59 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak Brent kontrak April 2023 merosot 20 sen atau 0,2 persen menjadi US$85,38 per barel di London ICE Futures Exchange.

Penurunan harga minyak terbatas karena pasar mendiskon kenaikan besar stok minyak mentah AS akibat penyesuaian data dan karena Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global yang lebih tinggi.

Dolar AS naik mendekati level tertinggi enam minggu terhadap sekeranjang mata uang di tengah data penjualan ritel AS yang kuat bulan lalu dan data inflasi AS baru-baru ini, menunjukkan Federal Reserve (Fed) akan mempertahankan kebijakan moneter yang ketat.

"Harga minyak mentah berada di bawah tekanan karena dolar menguat menyusul data ekonomi yang mengesankan membuka jalan bagi pengetatan Fed lebih lanjut," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA, mengutip Antara.

Dolar yang lebih kuat dapat memangkas permintaan minyak, membuat minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Pejabat Federal Reserve mengatakan bank sentral AS perlu mempertahankan kenaikan suku bunga secara bertahap untuk melawan inflasi. Investor khawatir suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat perekonomian.

Stok minyak mentah AS melonjak 16,3 juta barel pekan lalu menjadi 471,4 juta barel, tertinggi sejak Juni 2021, kata Badan Informasi Energi (EIA) AS.

Itu jauh lebih besar dari perkiraan para analis peningkatan 1,2 juta barel dalam jajak pendapat Reuters. Namun para analis mengatakan penyesuaian pasokan minyak mentah yang luar biasa besar berkontribusi pada penumpukan stok yang terlalu besar.

"Begitu semua orang menyadari penyesuaian menurunkan data EIA, skeptisisme tentang bangunan besar (penyimpanan minyak mentah) mulai berdampak ke pasar," kata John Kilduff, mitra penasihat investasi Again Capital LLC di New York. "Ini sekali saja."

IEA menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak 2023 dan mengatakan mungkin ada defisit pasokan di paruh kedua karena produksi yang terkendali dari OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan pemasok minyak lainnya termasuk Rusia.

IEA mengatakan China akan menghasilkan hampir setengah dari pertumbuhan permintaan minyak tahun ini setelah melonggarkan pembatasan COVID-19, dan juga mengatakan sekitar 1 juta barel per hari produksi dari Rusia akan dihentikan pada akhir kuartal pertama, mengutip larangan Eropa atas impor lintas laut dan batas harga Kelompok Tujuh (G7).

Pada Selasa (14/2/2023), OPEC juga menaikkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global dan mengisyaratkan pasar yang lebih ketat pada tahun 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper