Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan perkebunan sawit dan pengolahan CPO, PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk. (NSSS) berencana melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dengan menawarkan harga awal Rp122-Rp190 per saham.
Dalam IPO, NSSS menawarkan sebanyak-banyaknya 3.568.235.300 saham dengan nilai nominal Rp50. Saham tersebut mewakili sebanyak-banyaknya 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah penawaran umum perdana.
Dengan harga dan jumlah saham tersebut, dana segar yang berpotensi dihimpun NSSS dari aksi IPO bisa mencapai maksimal Rp677,96 miliar dan serendah-rendahnya Rp435,29 miliar.
Seiring dengan penawaran saham baru, NSSS akan menerbitkan Waran Seri I sebanyak-banyaknya 1,78 miliar atau 8,82 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO.
Waran Seri I yang menyertai penerbitan saham baru adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk melakukan pembelian saham bernilai nominal Rp50 dengan harga pelaksanaan di rentang Rp182—Rp285. Dengan demikian, dana hasil penerbitan waran sebanyak-banyaknya adalah Rp508,47 miliar.
Dana hasil IPO rencananya akan digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas produksi, pembiayaan penanaman baru, dan modal kerja entitas anak. Dana tersebut akan disalurkan melalui mekanisme penambahan modal.
Baca Juga
PT Borneo Sawit Perdana (BSP) menjadi salah satu anak usaha yang akan menerima suntikan modal dengan dana hasil IPO. Sekitar 29,8 persen akan digunakan untuk belanja modal dalam membangun pabrik kelapa sawit seluas 40 hektare (ha) berkapasitas 60 ton tandan buah segar (TBS) per jam.
PT Bina Sarana Sawit Utama (BSSU) juga akan mendapat suntikan dana hasil IPO di mana sekitar 47 persen akan digunakan untuk belanja modal dalam rangka penanaman baru perkebunan sawit. Dari jumlah tersebut, 15 persen di antaranya akan dipakai untuk pembebasan lahan seluas 6.831 ha agar berstatus hak guna usaha (HGU). Adapun sisa anggaran akan dipakai untuk proses pembibitan hingga pemupukan selama periode belum menghasilkan.
Adapun sekitar 10,6 persen dana hasil IPO akan disalurkan kepada PT Prasetya Mitra Muda untuk pemenuhan modal kerja PMM dalam pembelian pupuk dan agrochemical atau bahan kimia pertanian.
Perkiraan jadwal untuk IPO ini yaitu masa penawaran awal pada 17—22 Februari 2023, perkiraan tanggal efektif pada 28 Februari 2023, dan perkiraan masa penawaran umum pada 2—8 Maret 2023.
Tanggal penjatahan diperkirakan jatuh pada 8 Maret 2023, perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik pada 9 Maret 2023, dan perkiraan pencatatan saham dan waran seri I pada BEI pada 10 Maret 2023.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam penawaran umum perdana saham ini adalah PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Mirae Asset Indonesia, dan PT Sucor Sekuritas, dan PT Samuel Sekuritas Indonesia.
PMM, BSSU dan HMA saat ini sedang dalam proses perizinan untuk memperoleh sertifikat HGU pada lahan luas seluas 20.000 ha. Lahan tersebut nantinya akan digunakan sebagai area penanaman baru sehingga dapat meningkatkan TBS yang digunakan untuk produksi CPO dan kernel sawit (PK).
Untuk meningkatkan kapasitas produksi, NSSS juga sedang membangun membangun pabrik BSP yang berlokasi di Kalimantan Tengah dengan kapasitas 60 ton TBS per jam yang akan mulai beroperasi pada 2023. Selanjutnya NSSS juga akan membangun beberapa pabrik lainnya pada entitas anak pada masa mendatang.
Nusantara Sawit Sejahtera membukukan penjualan sebesar Rp864,31 miliar per September 2022, tumbuh dari posisi yang sama di 2021 sebesar Rp763,37 miliar. Sementara itu, laba bersih yang dikantongi NSSS per September 2022 sebesar Rp64,55 miliar atau turun dari periode yang sama pada 2021 sebesar Rp147,16 miiar.
PT Mitra Agro Dharma Unggul merupakan pemegang saham mayoritas NSSS sebelum IPO dengan persentase kepemilikan sebesar 59,11 persen. Kemudian Ir. Teguh Patriawan mengempit 17,12 persen saham, PT Nusantara Makmur Lestari 10,75 persen, Yantoni Kerisna sebesar 6,14 persen, Thomas Tampi sebesar 5,00 persen, dan PT Bina Palangka Makmur sebesar 1,88 persen.