Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan perkebunan sawit PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) berupaya menggelar penawaran umum saham perdana atau IPO pada 2022 di Bursa Efek Indonesia untuk memanfaatkan momentum tingginya harga CPO.
Komisaris Nusantara Sawit Sejahtera Robiyanto mengatakan NSS akan menjadikan momentum kenaikan harga CPO untuk melepas saham ke publik di tahun ini.
“Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas bisnis dan memastikan tata kelola perusahaan menjadi lebih akuntabel dan transparan karena menjadi milik publik,” jelasnya dalam siaran pers, Jumat (17/6/2022).
Manajemen NSS menargetkan perolehan dana IPO sebanyak-banyaknya Rp 900 miliar. Dana hasil IPO akan digunakan untuk membiayai kegiatan penanaman baru, baik di lahan inti, maupun meningkatkan kualitas tanaman plasma petani, serta pembangunan pabrik baru.
Dalam 5 tahun ke depan atau tahun 2027, NSS menargetkan sudah memiliki lahan plasma seluas 9.500 ha dan tambahan 3 pabrik kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas masing-masing 60 ton per jam.
Sejalan perbaikan dari sisi industri sawit, pihaknya meyakini upaya perusahaan memenuhi sertifikat penerapan program lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG), yaitu ISPO, juga akan memperkuat kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di NSS.
Baca Juga
Head Of Equity Research PT Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto mengatakan saat ini emiten CPO dibayangi sentimen positif seperti tingginya harga CPO dan pembukaan kembali kebijakan ekspor CPO.
Sebelumnya, di awal tahun pemerintah menaikkan batas maksimal ekspor (domestic market obligation/DMO) dari 20 persen menjadi 30 persen dari total produksi. Sejak 23 Mei 2022, kebijakan kembali ke DMO 20 persen.
"Adanya mekanisme pasar terbatas atau menambah kuota ekspor CPO menjadi 80 persen kembali bisa mendorong kinerja perusahaan sawit dan kenaikan harga saham emiten CPO," jelasnya.
Pada Desember 2020, harga CPO naik ke atas US$1.000 per ton untuk pertama kali sejak Oktober 2012, yaitu ke posisi US$1.016,37 per ton. Kenaikan harga terus berlanjut dan sempat menembus US$1.300 per ton, dan terkini untuk kontrak perdagangan 17 juni 2022 di posisi US$1.234,5 per ton.