Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bersiap IPO, Berdikari Pondasi (BDKR) Telah Kantongi Kontrak Proyek di IKN

Jelang IPO, Berdikari Pondasi Perkasa (BDKR) telah mengantongi dua proyek di Ibu Kota Negara (IKN). Perseroan tengah membidik tambahan proyek lainnya di IKN.
Pradesain Istana Negara berlambang burung Garuda di Ibu Kota Negara (IKN) karya seniman I Nyoman Nuarta / Twitter
Pradesain Istana Negara berlambang burung Garuda di Ibu Kota Negara (IKN) karya seniman I Nyoman Nuarta / Twitter

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan konstruksi PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk. (BDKR) telah mengantongi dua proyek strategis di ibu kota negara (IKN) Nusantara. Calon emiten yang tengah mempersiapkan penawaran umum perdana saham alias IPO itu juga membidik tambahan proyek lain di IKN.

Direktur Operasi Berdikari Pondasi Perkasa Tan Franciscus mengemukakan bahwa dua proyek di IKN yang telah diamankan adalah pembangunan fender jembatan pulau Balang dan pembangunan duplikasi jembatan bentang pendek pulau Balang, Kalimantan Timur.

Franciscus tidak memerinci nilai kontrak dari kedua proyek IKN tersebut. Namun proyek-proyek tersebut masuk dalam daftar delapan kontrak terbesar yang diterima Berdikari Pondasi per 31 Januari 2022 yang mencapai Rp152,9 miliar.

“Kami telah mendapatkan dua proyek infrastruktur di IKN. Keduanya merupakan proyek awal untuk memastikan pembangunan di IKN selesai dan sifatnya untuk mempermudah akses pembangunan di sana,” kata Franciscus dalam paparan dalam rangka due diligence, Selasa (7/2/2023).

Franciscus juga memberi sinyal bahwa Berdikari Pondasi akan berpartisipasi dalam proyek infrastruktur lainnya di IKN, mengingat proses tender offer pembangunan terus berlanjut.

“Tidak menutup kemungkinan akan ada proyek lain karena mayoritas proyek IKN sedang dalam tahap tender. Salah satu yang kami ikuti proses tender-nya adalah Istana Presiden. Apapun yang memerlukan pondasi kami ikuti,” tambahnya.

Selain dua proyek di IKN, Berdikari juga telah memperoleh kontrak pembangunan power plant Amman Mineral di Sumbawa, proyek perawatan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Tolo, Sulawesi Selatan, proyek Nasional Hijau Lestari (NHL) di Kabaena, Sulawesi Tenggara, proyek Groundsill Sungai Cipamingkis, Jawa Barat, proyek Jetty untuk Smelter di Teluk Waru, Kalimantan Timur, dan proyek heavy lift crane rental di Freeport Smelter, Gresik.

Franciscus menjelaskan nilai kontrak sebesar Rp152,9 miliar per Januari 2023 dari kedelapan proyek terbesar tersebut setara dengan 28 persen dari target pendapatan BDKR yang dipatok Rp546,7 miliar pada 2023. BDKR menargetkan pendapatan pada 2023 tumbuh 15 persen daripada 2022 yang mencapai Rp476 miliar.

Adapun dalam IPO ini, BDKR berencana menawarkan sebanyak-banyaknya 706,1 juta (706.100.000) saham atau setara 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Saham-saham tersebut memiliki nilai nominal Rp100 dan akan ditawarkan di rentang harga Rp188—Rp200 per saham.

Dengan demikian BDKR berpotensi meraup dana Rp141,22 miliar melalui IPO. BDKR juga akan menerbitkan 353,05 juta (353.050.000) waran seri I.

Setiap pemegang saham baru berhak memperoleh satu waran seri I. Harga pelaksanaan waran seri I Rp500 sehingga BDKR berpotensi memperoleh dana tambahan Rp176,52 miliar.

Penjamin pelaksana emisi efek adalah PT Semesta Indovest Sekuritas. Adapun penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian.

Seluruh dana IPO nantinya akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja BDKR. Diantaranya adalah gaji dan tunjangan karyawan, pembelian perlengkapan proyek, biaya langsung, solar, oli dan aki, pembelian suku cadang, pembayaran premi asuransi untuk alat berat dan proyek, dan biaya operasional.

Kemudian dana yang diperoleh dari hasil pelaksanaan Waran Seri I akan digunakan seluruhnya oleh BDKR untuk modal kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional. Jika dana IPO tidak mencukupi, maka BDKR akan menggunakan laba ditahan dan fasilitas pinjaman perbankan atau eksternal.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juli 2022, BDKR mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp274,59 miliar atau naik 23,81 persen pada periode yang sama tahun lalu. Pada 2021, BDKR membukukan pendapatan sebesar Rp221,77 miliar.

Selanjutnya, BDKR mencatatkan peningkatan beban pokok pendapatan dari Rp132,67 miliar menjadi Rp163,87 miliar per 30 Juli 2022. Hal ini membuat laba kotor BDKR meningkat naik 24,26 persen menjadi Rp110,72 miliar.

Setelah dikurangi berbagai beban yang dapat diefisienkan, BDKR mampu membukukan laba bersih periode berjalan sebesar Rp36,28 miliar per 30 Juli 2022. Angka ini meningkat 47,22 persen dari Rp19,15 miliar.

Sementara itu, jumlah aset BDKR meningkat 30,14 persen dari Rp833,13 miliar di akhir tahun 2021 menjadi Rp1,08 triliun per 30 Juli 2022. Di sisi lain, jumlah liabilitas meningkat 65 persen dari Rp329,85 miliar pada 31 Desember 2021 menjadi Rp544,28 miliar pada 30 Juli 2022.

Kemudian untuk kas dan bank akhir periode terjadi peningkatan 301,7 persen dari Rp3,89 miliar menjadi Rp16 miliar.

BDKR merupakan perusahaan dengan spesialisasi bidang pondasi, perbaikan tanah, konstruksi dermaga, pengangkatan berat, dan penyewaan crane. BDKR merupakan perusahaan yang berkedudukan di Jakarta dan berdiri pada 1984.

Pada divisi heavy lift dan crane rental, BDKR memiliki beberapa unit Crawler Crane berkapasitas 800 ton dengan luffing jib dan superlift. BDKR juga memiliki armada Mobile dan Rough Terrain Crane dengan kapasitas terbesar di 450 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper