Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham sektor teknologi bergerak di zona hijau sepanjang 2023, dengan kenaikan mencapai 12,57 persen secara year to date (YtD). Sebaliknya, saham-saham batu bara yang menjadi juara di 2022 mengalami pelemahan dengan koreksi pada sektor energi mencapai 7,99 perse YtD.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengemukakan pelemahan pada saham-saham batu bara terjadi karena memasuki fase jenuh beli. Sebaliknya, saham-saham teknologi telah berada di tahap jenuh jual.
“Terlebih The Fed memperlambat kenaikan suku bunga acuan dan makin meyakinkan pasar bahwa suku bunga hampir mencapai puncak. Jadi instrumen berisiko moderat termasuk saham-saham teknologi ikut terapresiasi,” kata Cheril, Jumat (3/2/2023).
Dia mengatakan pelemahan pada saham-saham batu bara merupakan hal yang wajar sebagai dampak dari rotasi, mengingat emiten batu bara cenderung bergerak bullish dalam dua tahun terakhir.
Adapun saham-saham teknologi yang direkomendasikan Cheril mencakup EMTK dengan target harga Rp1.300, WIRG dengan target harga Rp220, dan BELI di Rp510.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan saham-saham batu bara terpantau cukup tertekan sejalan dengan penurunan harga komoditas batu bara sejak awal 2023. Pelemahan harga dipicu oleh sejumlah sentimen, di antaranya risiko perlambatan ekonomi global dan dampaknya pada aktivitas manufaktur, serta harga minyak yang mulai melandai.
Baca Juga
“Sentimen-sentimen ini mungkin masih menahan saham-saham batu bara setidaknya di semester I/2023 ini,” kata Frankie.
Meski demikian, dia mengatakan penurunan harga batu bara bisa menjadi katalis menarik jika secara teknikal bisa kembali menyentuh level support kuat. Selain itu, proyeksi pertumbuhan kinerja pada 2022 bisa menjadi pendongkrak harga saham.
Sementara itu, saham-saham teknologi seperti GOTO, BUKA, dan BELI kompak menguat dalam beberapa hari terakhir. Pergerakan ini sejalan dengan indeks Nasdaq yang merespons positif kebijakan suku bunga terbaru dari The Fed.
Dari dalam negeri, saham-saham teknologi diproyeksikan mulai Bisa mendulang laba lebih cepat dari perkiraan. Contohnya adalah BUKA yang bisa membalikkan rugi menjadi laba per kuartal III/2022. Kinerja itu diperkirakan berlanjut untuk keuangan sepanjang 2022.
Meski demikian, Frankie memberi catatan soal adanya sentimen dari kabar gelombang pemutusan hubungan kerja dan penutupan perusahaan rintisan dan teknologi. Dia mengatakan kabar tersebut bisa menjadi sentimen positif bagi emiten teknologi karena memperkuat sinyal persaingan yang berkurang di pasar.
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis menilai mayoritas emiten sektor teknologi belum cukup solid karena masih membukukan kerugian. Selain itu, konstituen yang berada dalam sektor ini juga masih dalam masa pertumbuhan atau biasa disebut growth stock.
Dia mengatakan emiten-emiten terkait masih perlu melakukan ekspansi dengan dana yang relatif besar. Hal itu membuat perusahaan memerlukan kreditur dan tidak melakukan pembagian dividen.
“Era suku bunga tinggi saat ini dan kekhawatiran resesi menjadi tantangan untuk merealisasikan hal tersebut,” kata dia.
Namun pergerakan positif saham-saham teknologi dia sebut bisa menjadi momentum bagi investor untuk berinvestasi jangka pendek atau untuk keperluan trading. Dia merekomendasikan beli EMTK dengan target harga Rp1.325.