Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tantangan Kejar AUM Reksa Dana Rp1.000 Triliun

OJK menargetkan dana kelolaan manajer investasi di industri reksa dana mencapai Rp1.000 triliun pada 2027.
OJK menargetkan dana kelolaan manajer investasi di industri reksa dana mencapai Rp1.000 triliun pada 2027.
OJK menargetkan dana kelolaan manajer investasi di industri reksa dana mencapai Rp1.000 triliun pada 2027.

Bisnis.com, JAKARTA - Target OJK mengenai dana kelolaan reksa dana di pasar modal mencapai Rp1.000 triliun pada 2027 dinilai masih dapat tercapai seiring sejumlah rencana yang disiapkan para pelaku manajer investasi.

Co Founder dan CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menerangkan selaku manajer investasi dan bagian dari pelaku industri sangat menyambut baik roadmap pasar modal OJK terkait target dana kelolaan manajer investasi di industri mencapai Rp1.000 triliun pada 2027.

"Dengan total dana kelolaan per Desember 2022 mencapai Rp817 trilliun, kami cukup optimistis di tahun 2027 total dana kelolaan industri bisa mencapai Rp1.000 triliun, akan tetapi walaupun pertumbuhan total dana kelolaan industri dan jumlah investor cukup positif 5 tahun terakhir," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (31/1/2023).

Namun, dia menilai masih ada beberapa tantangan salah satunya dari sisi edukasi dan harus masif dan terstruktur.

Selain itu, dibutuhkan partisipasi yang cukup aktif oleh pemangku kepentingan seperti manajer investasi, OJK, SRO (BEI/KSEI/KPEI) dalam mewujudkan iklim berinvestasi yang sehat dan transparan. Dengan begitu, diharapkan dapat membantu meningkatkan industri pasar modal secara keseluruhan.

Sementara itu, Pinnacle akan berupaya memperluas jaringan distribusi ritel pada 2023. Pada saat ini mayoritas investor di Pinnacle masih institusi, tetapi pada 2-3 tahun terakhir, MI ini cukup agresif memperluas jalur distribusi di ritel melalui kerjasama distribusi dengan APERD digital dan fintech platform.

"Di samping itu, kami juga berusaha menjangkau calon investor dengan program sosialisasi dan edukasi di sosial media dan atau berkolaborasi dengan mitra agen penjual reksadana kami," katanya.

Saat ini, Pinnacle sudah bekerja sama dengan 15 agen penjual reksadana digital atau fintech, seperti Indopremier IPOTFUND, Bareksa, Kelola, Moduit, Ajaib, Bibit, Trimegah TRIMA, Mirae NAVI, Tanamduit, SMARD, Motion Trade, Pluang, Invesnow, Sayakaya, PINA, dan SFAST.

Selanjutnya, Pinnacle menegaskan produk investasi yang akan menjadi fokus tentunya seluruh produk reksadana flagship yang telah dikelola termasuk reksadana ETF yang akan terus dikembangkan.

"Di samping reksa dana konvensional, fokus pengembangan kami akan diproduk reksa dana ETF, hampir semua produk flagship ETF kami mencatatkan double digit return. Pada 2022, salah satu produk ETF Unggulan kami yaitu Pinnacle FTSE Indonesia Index Fund mencatatkan kinerja 12,4 persen hampir 3x kinerja IHSG jika dibandingkan dengan IHSG yang tumbuh 4,09 persen," urainya.

Pinnacle FTSE Indonesia Index Fund ETF merupakan Reksa Dana Indeks Pasif yang menggunakan tolak ukur FTSE Indonesia Index yang diterbitkan oleh global index provider terbesar di dunia yaitu FTSE Russel.

Di samping FTSE Indonesia Index, RD Pinnacle CORE High Dividend ETF juga mencatatkan kinerja 19,37 persen, dan juga Pinnacle Enhanced Sharia ETF mencatatkan kinerja 17,36 persen, serta Pinnacle Indonesia ESG ETF 10,48 persen dan juga Pinnacle Indonesia Large Cap ETF di 10,11 persen.

"Dengan kinerja yang cukup baik di 2022 walaupun di tengah kondisi tren kenaikan suku bunga, di tahun 2023 diharapkan bisa mencatatkan kinerja yang relatif terjaga," tambahnya.

Di sisi lain, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menambahkan manajer investasi mendukung sepenuhnya target Rp1.000 triliun tersebut.

"Upaya pemasaran dengan meningkatkan kinerja produk yang sudah ada, menambah selling agent, dan menerbitkan reksa dana terproteksi secara berkala tidak ada kriteria produk tertentu yang menjadi acuan," ungkapnya.

Kendati mendukung, pria yang juga menjabat sebagai Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia (AMII) ini menilai terdapat sejumlah tantangan guna mencapai target dana kelolaan yang cukup fantastis tersebut.

Menurutnya, kinerja IHSG dan harga obligasi perlu positif, ditambah dengan tingkat literasi masyarakat terhadap pasar modal perlu meningkat.

Kemudian, kepatuhan para Manajer Investasi terhadap peraturan yang berlaku juga menjadi krusial, sehingga tidak ada kasus hukum lagi yang dapat menjadi kemunduran dalam pertumbuhan investasi di pasar modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper