Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Senin (30/1/2023) waktu setempat, memperpanjang kerugian untuk hari ketiga berturut-turut tertekan penguatan dolar AS. Kondisi ini terdorong oleh pelaku pasar yang menunggu serangkaian pertemuan bank-bank sentral utama pekan ini.
Melansir Antara, Selasa (31/1/2023), kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, merosot US$6,40 atau 0,33 persen menjadi ditutup pada US$1.939,20 per ounce, setelah diperdagangkan mencapai level tertinggi sesi US$1.950,10 dan terendah US$1.936,20.
Emas berjangka menyusut US$0,60 atau 0,03 persen menjadi US$1.929,40 pada Jumat (27/1/2023), setelah anjlok US$12,6 atau 0,65 persen menjadi US$1.930,00 pada Kamis (26/1/2023), dan bertambah US$7,20 atau 0,37 persen menjadi US$1.942,60 pada Rabu (25/1/2023).
Harga emas mempertahankan kenaikan tipis hampir 0,1 persen minggu lalu, kenaikan mingguan keenam berturut-turut, dikutip dari Xinhua. Investor juga melakukan aksi ambil untung setelah membukukan kenaikan mingguan selama enam pekan terakhir beruntun.
Dolar AS menguat pada Senin (30/1/2023) menjelang pertemuan kebijakan bank-bank sentral utama, dengan indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,35 persen menjadi 102,2850.
Pertemuan kebijakan moneter dua hari Federal Reserve akan berakhir Rabu (1/2/2023). Investor memperkirakan kenaikan suku bunga 25 basis poin dan diikuti oleh pernyataan kebijakan Ketua Fed Jerome Powell dalam sebuah konferensi pers.
Baca Juga
Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris juga akan menggelar pertemuan minggu ini. Para pelaku pasar memperkirakan kedua bank sentral tersebut akan memberikan kenaikan suku bunga masing-masing 50 basis poin.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret terdongkrak 11,1 sen atau 0,47 persen, menjadi menetap pada US$23,733 per ounce. Platinum untuk pengiriman April terangkat US$3,80 atau 0,37 persen, menjadi ditutup pada US$1.020,60 per ounce.