Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukan Saham Baru, Ini Emiten yang Bakal Dorong Indeks LQ45

Indeks LQ45 diprediksi menguat sepekan ke depan, terdorong oleh sektor perbankan, alih-alih saham anggota baru.
Indeks LQ45 diprediksi menguat sepekan ke depan, terdorong oleh sektor perbankan, alih-alih saham anggota baru. Bisnis/Himawan L Nugraha
Indeks LQ45 diprediksi menguat sepekan ke depan, terdorong oleh sektor perbankan, alih-alih saham anggota baru. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks LQ45 diperkirakan menguat sepekan ke depan. Namun, pendorongnya bukan dari enam anggota terbaru yang akan masuk mulai 1 Februari 2023.

Pergerakan Indeks LQ45 saat secara year to date (ytd) mengalami penguatan sebesar 0,70 persen. Capaian tersebut mengungguli pergerakan IHSG secara ytd yang tercatat sebesar 0,21 persen.

Beberapa saham yang menduduki posisi baru di dalam indeks LQ45 diantaranya ACES, AKRA, ESSA, SCMA, SIDO dan SRTG yang menggantikan BFIN, ERAA, HMSP, MIKA, MNCN dan WIKA.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan, jika melihat dari enam emiten baru indeks LQ45, hanya tiga emiten yang mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan per September 2022.

Mengacu pada kinerja keuangan secara bottom line, ESSA memperoleh laba bersih yang melesat 1.191,4 persen yoy menjadi US$104,6 juta, AKRA dengan lonjakan laba bersih 96,4 persen yoy menjadi Rp1,56 triliun, dan ACES dengan laba bersih tumbuh 9,8 persen YoY menjadi Rp351,7 miliar.

"Pergerakan Indeks LQ45 dalam sepekan ke depan diproyeksikan menguat. Namun, menguatnya Indeks LQ45 bukan dipengaruhi oleh emiten yang baru masuk ke indeks tersebut karena kapitalisasi pasar dan bobotnya tergolong lebih rendah dibandingkan dengan penghuni indeks LQ45 lainya, khususnya di sektor keuangan, seperti BBRI, BMRI, BBCA, BBNI," ungkap Ratih dalam riset, Kamis (26/1/2023).

Sebagai informasi, sektor keuangan terutama perbankan menjadi sektor dengan pembobotan terbesar dalam indeks LQ45.

"Oleh karena itu, kami melihat pergerakan indeks LQ45 dalam satu minggu ke depan akan didorong oleh laporan keuangan sepanjang tahun 2022 Big Banks yang akan rilis, seperti BBRI dan BMRI," imbuhnya.

Kinerja BBRI hingga November 2022 mencatatkan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar Rp92,2 triliun atau meningkat 4,6 persen yoy dan laba bersih yang melonjak 57,9 persen yoy menjadi Rp44 triliun.

Adapun, BMRI juga mencatatkan kinerja unggul hingga November 2022 dengan perolehan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar Rp58,9 triliun atau melesat 20,2 persen yoy, sehingga laba bersih tercatat melesat 59,8 persen yoy menjadi Rp34,8 triliun.

Secara teknikal, Ajaib Sekuritas melihat beberapa saham yang perlu diperhatikan berikut ini:

BMRI (Buy)
BMRI di area Rp9.825 dengan target harga pada resistance di level Rp10.100 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp9.550

BBRI (Buy)
BBRI di area Rp4.590 dengan target harga pada resistance di level Rp4.720 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp4.500.

SRTG (Buy)
SRTG di area Rp2.470 dengan target harga pada resistance di level Rp2.580 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp2.360.

SCMA (Buy)
SCMA di area Rp232 dengan target harga pada resistance di level Rp246 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp220.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper