Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas dunia menguat selama empat hari berturut-turut berkat nilai tukar dolar AS yang lebih lemah dan penurunan imbal hasil obligasi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, terangkat 0,35 persen menjadi US$1.935,40 per ounce. Adapun pada Senin, harga emas berjangka menguat 0,02 persen menjadi US$1.928,60.
Penguatan emas sejalan dengan penurunan indeks dolar AS sebesar 0,19 persen menjadi 101,9150. Hal itu membuat emas yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi banyak pembeli. Sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun merosot dari tertinggi satu minggu mereka.
"Saya pikir emas masih bertahan cukup kuat karena ekspektasi pasar beralih lebih ke arah jeda potensial dari Fed, atau beralih ke kebijakan yang lebih dovish," kata Ryan McKay, ahli strategi komoditas di TD Securities dikutip dari Antara.
Para analis pasar mencatat bahwa investor dengan posisi beli emas terus optimis tentang posisi mereka karena ada kekhawatiran yang meningkat akan resesi AS.
Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) S&P Global AS yang dirilis Selasa (24/1/2023) naik sedikit dari 46,2 pada Desember menjadi 46,8 pada Januari, menandakan penurunan solid dalam kondisi operasi pada awal 2023, mendukung emas.
Baca Juga
Sementara itu, PMI Jasa S&P AS pulih ke 46,6 pada Januari dari 44,7 pada Desember, lebih baik dari ekspektasi pasar.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 19,5 sen atau 0,83 persen, menjadi menetap pada 23,749 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April meningkat 10,5 dolar AS atau 0,99 persen, menjadi ditutup pada 1.066,80 dolar AS per ounce.