Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Geliat Manuver MDKA Serap Potensi di Tahun Kelinci Air

Beragam manuver Merdeka Copper Gold (MDKA) untuk menangkap potensi pertumbuhan di tahun Kelinci Air ini membuat prospeknya kian cerah.
Suasana di area pertambangan konsesi Tambang Tumpang Pitu (Tujuh Bukit) milk PT Bumi Suksesindo (BSI), anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk,  di Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (23/7/2018)./JIBI-Abdullah Azzam
Suasana di area pertambangan konsesi Tambang Tumpang Pitu (Tujuh Bukit) milk PT Bumi Suksesindo (BSI), anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk, di Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (23/7/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki tahun kelinci air ini, emiten tambang Grup Saratoga PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) tercatat melakukan serangkaian manuver yang membuat prospek perusahaan tambang ini dinilai akan cukup cerah tahun ini, tak hanya dari prospek emas, tapi juga dari sektor baterai kendaraan listrik.

Salah satu manuver terkini emiten terafiliasi Sandiaga Uno ini adalah rencana MDKA untuk mengantar anak usahanya, PT Merdeka Battery Materials, untuk melaksanakan aksi penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Rencana IPO MBM tersebut membawa harapan agar anak usaha MDKA itu mampu mewujudkan proyek ekspansi di sektor hilirnya yakni nikel.

Presiden Komisaris MDKA Edwin Soeryadjaya mengatakan, opsi melangsungkan IPO tak lepas dari meningkatnya daya tarik industri kendaraan listrik di Indonesia. Edwin meyakini sumber daya yang dimiliki MBM di sektor nikel akan menjadi daya tarik tersendiri.

“Sumber daya nikel MBM signifikan secara global. Kami yakin pencatatan MBM di BEI akan memberikan peluang yang menarik bagi investor untuk mendapatkan eksposur ke perusahaan material baterai yang terintegrasi secara vertikal,” kata Edwin beberapa waktu lalu.

Analis J.P. Morgan, Benny Kurniawan, Henry Wibowo, dan Yash Beswala mengatakan potensi IPO anak usaha MDKA akan meringankan sejumlah beban kas untuk proyek ekspansi hilir MDKA di masa depan, khususnya proyek TB Copper dengan total belanja modal sebesar US$2,1 miliar, dan potensi HPAL dengan total belanja modal sebesar US$3 miliar.

“Kami memberikan rating netral pada potensi IPO MBM. Kami melihat dua sisi mata uang dari aksi tersebut. Dari sisi positif, akan membantu meringankan beban biaya untuk kebutuhan capex MBM. MDKA kemudian dapat memfokuskan arus kas dan neracanya pada proyek lainnya seperti proyek emas Pani, TB Tembaga, dan AIM,” ungkap Tim Analis J.P. Morgan, belum lama ini.

Adapun, J.P. Morgan menilai, IPO MBM ini akan membantu investor mengukur bisnis nikel MBM secara terpisah, sehingga bisa dibandingkan dengan pemain nikel murni lainnya di Indonesia. Hal ini akan memberikan tolok ukur yang lebih baik untuk penilaian sektor ini.

“Di sisi lain, listing MBM di bursa berpotensi mengakibatkan investor memberikan diskon sum-of-part [SOTP] ke MDKA,” jelas analis.

J.P. Morgan memperkirakan, estimasi total Capex MDKA akan mencapai US$3,8 miliar pada 2023-2027. Hal ini termasuk untuk proyek TB Copper senilai US$2,1 miliar, potensi pembangunan HPAL senilai US$400 juta – US$700 juta, serta untuk proyek tambang emas AIM and Pani.

“IPO MBM, tergantung harganya, bisa membantu mencegah kenaikan utang di tengah kenaikan suku bunga dalam jangka pendek, sekaligus membantu memberikan nilai tambah untuk neraca MDKA,” imbuhnya.

Terkait dengan aksi tersebut, untuk saham MDKA, J.P. Morgan masih memberikan rating Overweight dengan target harga di Rp5.300, sementara menantikan kejelasan terkait IPO MBM.

Sampai ada kejelasan lebih lanjut, analis juga masih menyukai saham MDKA sebagai emiten yang mengedepankan ekonomi hijau melalui aset tembaga dan nikelnya, serta berpotensi menjadi operator HPAL pertama yang terintergrasi.

Sejalan dengan rencana IPO MBM tersebut, MDKA juga baru-baru ini menandatangani perjanjian jual beli saham PT Batutua Pelita Investama (BPI) kepada Merdeka Battery Materials (MBM). MDKA melepas saham BPI sebanyak 1.447.766 saham senilai Rp1,24 triliun.

Dari transaksi yang dilakukan tersebut, MDKA mengatakan bahwa BPI sebagai bagian dari MBM dapat menjalankan kegiatan usahanya secara efisien dan efektif sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi MBM yang melalui anak-anak perusahaannya.

Sejak Desember 2022, MDKA berupaya melakukan penguatan modal pada MBM yang bergerak di bisnis nikel. MDKA melalui PT Merdeka Energi Nusantara (MEN) melakukan transaksi afiliasi bersama MBM dengan nilai transaksi US$180,04 juta.

MEN mengambil bagian saham baru yang diterbitkan oleh MBM sehingga cukup untuk memberikan MEN kepemilikan saham sebesar 59,88 persen dari seluruh saham di MBM yang telah ditingkatkan.

Analis Maybank Sekuritas Indonesia Richard Suherman mengatakan, upaya memperkuat bisnis nikel tersebut dinilai positif dan akan menjadi nilai tambah bagi kinerja MDKA ke depan.

“Secara umum, pergeseran global menuju net-zero dan energi bersih akan berdampak luas pada permintaan mineral selama 20 tahun ke depan. Kami berharap nikel yang digunakan dalam kendaraan listrik [EV] dan penyimpanan baterai akan meningkat tujuh kali lipat pada 2040, karena penetrasi EV meningkat,” jelas Richard.

Menurutnya, tantangan utama di bisnis nikel saat ini adalah apakah pasokan dapat ditingkatkan dengan cepat untuk memenuhi permintaan. Hal ini mengingat sumber daya negara yang melimpah, dengan Indonesia diposisikan secara strategis untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasokan EV global, menarik investasi global, dan membuka banyak peluang untuk proyek pertumbuhan.

Maybank Sekuritas juga memperkirakan harga nikel akan tetap tinggi. Sebelumnya, pasokan dari Indonesia cukup besar di tengah pertumbuhan permintaan global yang lebih lambat, yang mengubah pasar nikel menjadi surplus 200.000 ton pada 2022 dibandingkan defisit 68.000 ton pada 2021.

Namun, kelebihan pasokan tersebut sebagian besar adalah dari nikel kelas 2. Sementara, pasokan nikel kelas 1 tetap defisit, sehingga mendorong harga nikel LME diperdagangkan pada level tertinggi dalam sejarah.

“Kami memperkirakan sektor ini bisa mencetak Ebitda jangka panjang yang menarik dan CAGR NPAT sebesar 13 persen atau 19 persen untuk 2021-2030. Hal ini didorong oleh ekspansi organik karena permintaan yang lebih tinggi untuk mineral nikel dan tembaga, serta ekspansi anorganik seiring dengan berjalannya proyek pertumbuhan baru,” ungkap Richard.

Maybank Sekuritas juga memberikan penilaian positif untuk sektor logam Indonesia karena yakin perusahaan-perusahaan seperti MDKA bisa mendapat manfaat dari berbagai peluang proyek pertumbuhan baru yang berasal dari meningkatnya permintaan mineral penting saat dunia beralih ke energi bersih.

“MDKA masuk dalam pilihan teratas kami di sektor ini karena prospek pertumbuhan laba yang kuat dari proyek masa depan, dan rantai pasokan baterai EV yang terintegrasi secara vertikal dan multi-aset yang terdiversifikasi,” ungkapnya.

Tim Analis MNC Sekuritas melihat, sepanjang 2023 untuk emiten pemain logam adalah akan ada normalisasi pendapatan. Namun, untuk MDKA sepanjang 2023 justru akan mencatatkan kenaikan pendapatan hingga 23 persen, didukung oleh kenaikan nilai emas spot dan utilisasi penuh dari Merdeka Battery Materials (MBM).

Kinerja MDKA ke depan juga berpotensi terdorong oleh penguatan harga emas. Sejauh ini, prospek emas sepanjang 2023 akan sangat bergantung pada langkah The Fed selanjutnya, dan mungkin akan memulai reli mendekati akhir 2023. Harga emas diperkirakan bisa naik 10 persen pada akhir tahun.

“Secara umum, kami memberikan penilaian Netral pada sektor logam karena akan adanya normalisasi harga logam sepanjang 2023. Bisa jadi ada pertumbuhan besar dari segmen emas di tengah kekhawatiran pasar akan resesi global. Emiten besar pemain logam juga terus melakukan ekspansi bisnis untuk mendorong produksi,” papar Analis MNC Sekuritas.

MNC Sekuritas memberikan MDKA rating Buy dengan target harga Rp5.600. Adapun, risiko yang bakal dihadapi antara lain perang Rusia dan Ukraina yang berpotensi membuat produksi logam Rusia dikenai sanksi yang bisa mendorong harga, dan kemungkinan pemberlakukan lockdown kembali di China yang membuat pemulihan permintaan logam terhambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper