Bisnis.com, JAKARTA – Isu Tesla merapat ke Indonesia makin santer untuk membangun pabrik 1 juta kendaraan listrik. Bagaimana imbasnya terhadap emiten nikel dalam negeri?
Kabar ini muncul setelah Tesla pada tahun lalu menandatangani kesepakatan investasi US$5 miliar untuk mendapatkan nikel olahan untuk baterai mobil listriknya.
“Kami yakin kabar ini menjadi angin segar bagi pemilik dan penambang proyek HPAL [High Pressure Acid Leach] atau proses ekstraksi nikel, karena kami memperkirakan 1 juta EV akan mengonsumsi sekitar 50.000 ton nikel,” ungkap Analis J.P Morgan Benny Kurniawan, dikutip Rabu (18/1/2023).
Di Indonesia, ada dua emiten yang memiliki proyek HPAL, ada PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA). Namun, mengingat hasil HPAL INCO akan diserap untuk Ford, hasil HPAL berikutnya milik MDKA dapat menjadi kandidat potensial untuk diambil Tesla dan melanjutkan kerja samanya dengan Indonesia.
Benny mengatakan Tesla dapat melanjutkan kerja samanya dengan Indonesia, tapi tergantung pada ukuran kapasitas terpasang pabrik, dan perkembangan pembangunan dari seluruh pabrik.
“Dengan target kapasitas 1 juta unit terpasang dalam 3-5 tahun, tampaknya bullish karena akan menambah lebih dari 40 persen dari kapasitas yang sudah ada saat ini sekitar 2,2 juta unit,” jelasnya.
Baca Juga
Di sisi lain, utilisasi yang ada baru sekitar 70 persen, untuk penjualan domestik 1 juta dan ekspor 500 ribu. J.P. Morgan menilai pabrik juga harus memiliki serapan dari pasar domestik yang cukup besar untuk mempertahankan operasinya.
“Dalam estimasi terbaik kami, mobil dengan harga di atas Rp500juta akan memberikan kontribusi penjualan domestik sekitar 10-15 persen. Ini menyiratkan bahwa, meskipun segmen ini tumbuh hingga 20 persen dan Tesla mampu menyerap 100 persen pangsa pasarnya, mereka masih perlu mengekspor sekitar 200.000-300.000 baterai EV ke wilayah sekitarnya,” katanya.
Benny mengungkapkan skenario terbaik dengan merapatnya Tesla ke Indonesia, adalah Tesla bisa memulai dari pembuatan baterai, sebelum bercabang ke suku cadang dan akhirnya ke penyusunan mobil ketika pasar lebih siap.
“Kami yakin Indonesia siap memiliki pabrik baterai yang cukup besar karena memproduksi lebih dari 40 persen permintaan nikel olahan global dan ada banyak proyek HPAL yang akan beroperasi dalam 2-3 tahun ke depan,” ujarnya.
Lebih lanjut, proyek-proyek HPAL ini akan menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP) dan nikel sulfat, yang merupakan bahan utama untuk baterai berbasis nikel.
Terkait implikasinya pada saham, J.P Morgan meyakini kabar merapatnya Tesla ke Indonesia akan membawa sentimen positif ke emiten seperti MDKA, INCO, dan ANTM, karena akan adanya tambahan permintaan sebanyak 50.000 ton.
“MDKA atau ANTM bisa menangkap nilai dengan menjual bijihnya ke perusahaan HPAL sebelum perusahaan HPAL menjual nikel olahannya ke Tesla,” paparnya.