Bisnis.com, JAKARTA - Peningkatan harga emas global turut mendorong saham emiten emas, termasuk entitas Grup Rajawali PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI).
ARCI merupakan sayap bisnis pertambangan emas Grup Rajawali milik konglomerat Peter Sondakh. Selain melakukan aktivitas penambangan, ARCI bahkan membuat emas batangan Lotus Archi, bersaing dengan Antam.
Pada penutupan perdagangan Jumat (20/1/2023), saham ARCI naik 2,69 persen atau 10 poin menjadi Rp382. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp9,49 triliun.
Dalam sepekan, saham ARCI naik 13,02 persen. Namun, harga sahamnya saat ini masih jauh di bawah harga saat listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni Rp750 per saham pada 28 Juni 2021.
Melihat fluktuasi saham ARCI dalam jangka pendek, BEI pun meminta penjelasan kepada manajemen perseroan. Hidayat Dwiputro Sulaksono, Direktur Archi Indonesia, menjelaskan peningkatan harga saham di luar kendali manajemen perseroan dan bergantung kepada mekanisme pasar.
"Perseroan memandang peningkatan aktivtas transaksi dan harga saham perseroan seiring dengan peningkatan harga komoditas emas yang telah terjadi sejak November 2022 dan mencapai puncak tertingginya pada 16 Januari 2023," jelasnya dalam keterangan tertulis, Jumat (20/1/2023).
Baca Juga
Harga emas spot mencapai level US$1.932,14 per troy ounce pada Kamis (19/1/2023). Itu merupakan level tertinggi emas sejak April 2022. Harga emas sempat terperosok ke posisi US$1.622,19 pada akhir September 2022, dan kemudian berangsur naik.
Secara umum, sambung Hidayat, emas merupakan aset lindung nilai saat inflasi ekonomi bergejolak. Kenaikan harga emas belakangan terjadi seiring dengan perlambatan laju inflasi dan prospek ekonomi AS sebagai akibat dari tekanan tingginya suku bunga The Fed.
"Oleh karena itu, perusahaan berpendapatan bahwa kenaikan harga emas telah memotivasi investor untuk melihat potensi investasi di saham perusahaan tambang emas, termasuk ARCI," imbuhnya.