Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah menutup perdagangan hari Rabu (4/1/2023) dengan bergerak menguat ke level Rp15.582,5 per dolar AS.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup naik 0,12 persen ke Rp15.582,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah pelemahan indeks dolar AS 0,35 persen ke 104,16.
Bersama dengan rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga menguat seperti yen Jepang mengalami penguatan dengan naik 0,65 persen, dolar Singapura 0,47 persen, serta dolar Taiwan naik 0,10 persen. Lalu rupee India menguat 0,09 persen, ringgit Malaysia naik 0,14 persen, dan baht Thailand menguat 0,98 persen.
Sementara itu, mata uang Asia yang melemah di antaranya dolar Hong Kong yang turun 0,06 persen, won Korea Selatan turun 0,07 persen, dan peso Filipina turun 0,20 persen.
Sebelumnya, Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi memperkirakan rupiah hari ini diperdagangkan pada rentang Rp15.550-Rp15.650 per dolar AS. Menurutnya, indeks dolar AS sempat menguat pada perdagangan kemarin.
Kabar penggerak pasar menurutnya datang dari inflasi Jerman turun menjadi 8,6 persen di Desember 2022. Penurunan inflasi Jerman yang lebih baik dari ekspektasi pasar yakni konsensus 9,1 persen yoy, memicu aksi beli di pasar global.
Baca Juga
Pemerintah Jerman menargetkan inflasi 2023 turun ke 7 persen. Penurunan yang tajam pada bulan Desember mengindikasikan target tersebut sangat mungkin tercapai di akhir 2023.
Dari dalam negeri, defisit anggaran 2022 tercatat mencapai -2,38 persen terhadap PDB. Angka ini setara dengan minus Rp464,3 triliun, jauh lebih rendah dari tahun 2021 sebesar mninus Rp775,1 triliun atau minus 4,57 persen terhadap PDB, dengan target tahun ini sebesar minus Rp840,2 triliun atau minus 4,5 persen terhadap PDB.
Defisit anggaran yang rendah disebabkan oleh penerimaan pajak yang jauh melebihi target senilai Rp2.034,5 triliun. Sementara itu, realisasi belanja negara mencapai Rp3.090,8 triliun.