Bisnis.com, JAKARTA — PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA) mencatatkan adanya penurunan rugi bersih sekitar 23,29 persen seiring meningkatnya pendapatan sebesar 5,1 persen pada kuartal III/2022.
Sekretaris Perusahaan Jababeka Muljadi Suganda mengatakan adanya peningkatan pendapatan dan penjualan 5,1 persen menjadi Rp1,73 triliun disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan pada pengembangan lahan.
“Karena ada kontribusi dari pihak land development di mana peningkatan ini memang terjadi di seluruh sektor properti,” ujar Muljadi dalam paparan publik dikutip Minggu (25/12/2022).
Muljadi mengatakan segmen infrastruktur masih menjadi kontributor utama, yakni sekitar 52 persen dari total pendapatan. Segmen infrastruktur terdiri dari pendapatan jasa penyediaan air bersih, pengolahan air limbah, pengelolaan lingkungan, penjualan energi listrik, dan dry port.
Kontributor terbesar kedua dalam pendapatan KIJA adalah segmen real estate dan properti yang menyumbang sekitar 43 persen dari total pendapatan KIJA. Segmen ini terdiri dari penjualan tanah matang, standard factory building, perumahan, komersial, dan sewa properti.
Berikutnya adalah sektor pariwisata yang berkontribusi sekitar 5 persen dari total pendapatan. Segmen ini terdiri dari pendapatan golf, vila, dan hotel.
Baca Juga
Kemudian dari sisi marketing sales, KIJA membukukan sebesar Rp1,45 triliun per kuartal III/2022. Angka ini sekitar 85,82 persen dari target Rp1,7 triliun untuk tahun 2022.
Secara pertumbuhan, jumlah marketing sales tersebut naik 49 persen dari Rp981,3 miliar pada periode yang sama tahun lalu atau secara year-on-year (YoY).
“Cikarang dan lain-lain menyumbang 52 persen (marketing sales), Kendal 48 persen, produk industri 77 persen, sedangkan perumahan atau komersial dan lain-lain menyumbang 23 persen,” jelas Muljadi.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2022, KIJA mencatatkan penjualan dan pendapatan usaha sebesar Rp1,73 triliun. Angka ini naik 5,1 persen dari Rp1,65 triliun secara YoY.
Penjualan KIJA terdiri dari tanah matang, tanah dan rumah, rumah perkantoran dan rumah toko, apartemen, dan tanah dan bangunan pabrik. Sementara pendapatan terdiri dari pembangkit tenaga listrik, jasa dan pemeliharaan; dry port; golf; penyewaan ruang perkantoran, pabrik dan rumah toko; tanah, vila dan pariwisata; kondominium; dan agrobisnis dan konsultasi.
Secara rinci penjualan dari tanah matang meningkat 1,75 persen menjadi Rp328,58 miliar, tanah dan rumah meningkat 19,71 persen, ruang perkantoran dan rumah toko naik 37,73 persen menjadi Rp111,05 miliar, apartemen naik 11,36 persen menjadi Ro65,5 miliar, dan tanah dan bangunan listrik naik 81,31 persen menjadi Rp61,44 miliar.
Kemudian pendapatan dari pembangkit tenaga listrik menurun 10,97 persen menjadi Rp514,98 miliar; jasa dan pemeliharaan naik 3,41 persen menjadi Rp238,77 miliar; dry port naik 20,23 persen menjadi Rp155,63 miliar; golf naik 24,42 persen menjadi Rp55,69 miliar; penyewaan ruang perkantoran, pabrik dan rumah toko turun 1,11 persen menjadi Rp39,33 miliar; tanah, vila dan pariwisata naik 1,87 persen menjadi Rp22,05 miliar, kondominium turun 4,25 persen menjadi Rp2,75 miliar; dan agrobisnis dan konsultasi turun 38,24 persen menjadi Rp2,67 miliar.
Selanjutnya, KIJA mencatatkan penurunan beban pokok penjualan dan pendapatan jasa dari Rp1,01 triliun menjadi Rp864,21 miliar pada kuartal III/2022. Hal ini membuat laba kotor KIJA meningkat 36,16 persen menjadi Rp864,21 miliar.
Setelah dikurangi berbagai beban yang dapat diefisienkan, KIJA mencatatkan penurunan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 23,29 persen dari Rp179,23 miliar menjadi Rp137,48 miliar.
Sementara itu, jumlah aset KIJA meningkat 2,21 persen dari Rp12,29 triliun di akhir 2021 menjadi Rp12,56 triliun pada kuartal III/2022. Di sisi lain, jumlah liabilitas meningkat 6,01 persen dari Rp5,92 triliun pada 31 Desember 2021 menjadi Rp6,27 triliun pada 30 September 2022.
Kemudian untuk kas dan setara kas akhir periode terjadi peningkatan 7,48 persen dari Rp1,06 triliun menjadi Rp1,14 triliun.