Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantul! Rupiah Dibuka Perkasa Jelang Rilis Suku Bunga Acuan BI

Rupiah dibuka perkasa, sementara beberapa mata uang Asia juga dibuka menguat di antaranya won Korea menguat 0,68 persen, dan yuan China menguat 0,10 persen.
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah terpantau menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (22/12/2022) di hadapan dolar AS. Sementara itu indeks dolar melemah 0,21 persen ke posisi 103.68.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.04 WIB, rupiah menguat 0,12 persen atau 18 poin ke posisi Rp15.569. Adapun Bank Indonesia (BI) diperkirakan kembali menaikkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada Rapat Dewan Gubernur 20 dan 21 Desember 2022.

Sementara itu, beberapa mata uang Asia juga dibuka menguat di antaranya Won Korea menguat 0,68 persen, Yuan China menguat 0,10 persen dan Ringgit Malaysia menguat 0,17 persen.
 
Sedangkan mata uang yang melemah yaitu Rupee India melemah 0,08 persen, Peso Philipina melemah 0,04 persen, dan Bath Thailand melemah 0,05 persen.

Sebelumnya Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif pada perdagangan hari ini. Namun, ada potensi ditutup menguat pada rentang  Rp15.560 - Rp15.620.

Dari sentimen luar negeri, Bank of England kian mendekati siklus pengetatan suku bunga. Besarnya defisit neraca berjalan Inggris juga membuat poundsterling rentan dalam perlambatan global.

"Sementara pasar Asia terbebani oleh situasi Covid-19 yang tidak pasti di China. Negara tersebut mengalami peningkatan kasus yang drastis usai melonggarkan beberapa pembatasan pada awal bulan ini," kata Ibrahim dalam risetnya, dikutip Kamis (22/12/2022). 

Selain itu, potensi resesi global pada 2023 dapat menjadi faktor melemahnya mata uang kawasan Asia khususnya rupiah. Pasar khawatir pergerakan hawkish dari bank sentral dan kenaikan inflasi menghambat pertumbuhan perekonomian tahun depan.

Adapun sejumlah lembaga internasional memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 akibat tekanan dari perekonomian global. Ibrahim menilai hal ini wajar karena adanya tantangan berat bagi perekonomian global.

"Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh melambat menjadi 4,8 persen dari tahun ini yang diperkirakan mencapai 5,2 persen," ujar Ibrahim.

Asian Development Bank (ADB) semula memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,4 persen pada 2023 akan. Namun, ADB merevisi proyeksinya menjadi 5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper