Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang masa cum date rights issue saham PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) kerap menguat.
Adapun cum date atau berakhirnya masa perdagangan saham untuk mendapatkan rights issue berakhir pada 22 Desember. Akan tetapi, sahan spesialis pembiayaan properti itu terkoreksi 11,07 persen dalam 12 hari perdagangan bursa.
Melihat fenomena tersebut, Analis Jasa Utama Capital Cheryl Tanuwijaya menilai rights issue BBTN tetap menarik untuk diikuti karena harganya cukup murah. Menurutnya risiko untuk penurunan harga jauh lebih rendah dibandingkan potensi kenaikannya.
“Sebenarnya anomali ketika saham BBTN terkoreksi menjelang cum date rights issue. Namun, begitulah market, bisa bergerak di luar kebiasaan dan prediksi banyak analis. Rights issue BBTN kali ini bakal sukses karena mereka punya rekam jejak positif dalam melakukan aksi korporasi,” ungkapnya dalam riset, Rabu (21/12/2022).
Cherly mengatakan emiten plat merah itu memiliki rekam jejak rights issue pada 2012 dengan nilai Rp1,87 triliun. Aksi penggalangan dana dapat terlaksana, meski kondisi ekonomi saat itu penuh tekanan.
Menurutnya rights issue dilakukan saat The Fed mulai menghentikan stimulus ekonomi yang digelontorkan untuk memulihkan ekonomi akibat krisis 2008. Selain itu, BBTN menggelar rights issue dengan melepas 1,51 miliar saham baru pada harga pelaksanaan Rp1.235 atau setara dengan 1,3 kali PBV. Kala itu nilai buku per saham BTN sebelum rights issue di sekitar Rp920.
Baca Juga
Cheryl mengatakan saat ini nilai buku per saham BBTN saat ini menembus Rp2.039. Dengan harga pelaksanaan rights issue Rp1.200 maka itu setara dengan 0,58 kali PBV.
“Artinya saham baru BTN dihargai lebih rendah dibandingkan pemegang saham lama BTN. Ini hal yang langka terjadi di emiten bank besar,” ujarnya.
Faktor lainnya, adalah valuasi saham induk BBTN juga masih lebih murah dengan bank lainnya. Saat ini harga saham BBTN diperdagangkan pada 0,67x PBV. Bandingkan dengan BBCA di sekitar 5x PBV, BBRI di 2,54x dan BMRI di 2,22x PBV.
Sementara itu, Tim Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia menyatakan aksi korporasi rights issue yang akan dilakukan oleh BBTN akan menopang kinerja pada tahun depan.
“Kami melihat ini bisa meningkatkan capital adequacy ratio (CAR) BBTN,” tulis riset Kiwoom.
Adapun sampai dengan akhir September 2022, BBTN menghimpun dana tabungan dan giro (current account saving account/CASA) sebesar Rp143,59 triliun naik 18,7 persen dibandingkan dengan setahun sebelumnya.
Hal ini mendorong komposisi CASA di antara DPK dan wholesale funding naik menjadi 40,68 persen, dibandingkan dengan setahun sebelumnya di 36,3 persen.
“Pendanaan dari CASA akan terus bertambah sehingga BBTN bisa menekan biaya dana dan meningkatkan NIM,” tulis riset tersebut.
Kiwoom memproyeksikan BBTN akan meraih pendapatan bunga sebesar Rp28,8 triliun untuk kinerja 2022, meningkat 12 persen secara year on year. Mereka juga memproyeksikan laba bersih BBTN Rp3 triliun pada 2022, meningkat 26 persen secara yoy dengan asumsi return on equity (ROE) sebesar 13 persen,” ujar Kiwoom dalam risetnya yang dirilis pekan lalu.
Tim riset Kiwoom memberikan rekomendasi overweight untuk saham BBTN dengan target harga Rp2.030. Target harga tersebut merefleksikan price to earning ratio (PER) di angka 7,2 kali dan price to book value (PBV) 0,9 kali pada 2022.
Kiwoom memprediksi PER BBTN akan naik menjadi 8,9 kali dan PBV naik menjadi 1 kali di tahun 2023. Selain itu, Kiwoom memprediksi dividend yield BBTN akan berada di 2,8 persen untuk kinerja 2022 dan 3,4 persen di 2023.