Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih memiliki peluang untuk menguat pada pekan-pekan terakhir 2022. Pergerakan saham-saham berkapitalisasi jumbo bakal menentukan arah indeks menjelang pergantian tahun.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan tekanan pada IHSG pada beberapa waktu terakhir salah satunya dipicu oleh aksi ambil untung investor saham-saham big caps, terutama di saham perbankan.
Di sisi lain, ekspektasi atas kebijakan suku bunga The Fed terbilang masih tinggi di kalangan investor. Suku bunga acuan The Fed pada pertengahan 2023 diperkirakan mencapai 5,25 persen.
“Kondisi ini menyebabkan makin besarnya ketidakpastian dalam pasar saham sehingga mendorong banyak investor asing mengalihkan dana mereka ke obligasi AS yang tercermin dari penurunan yield obligasi AS dalam seminggu terakhir,” kata Arjun, Senin (12/12/2022).
Arjun berpandangan pelemahan IHSG bakal bersifat sementara. Dia mengatakan masih terdapat peluang bagi indeks untuk menguat di tengah momentum window dressing.
Dia memperkirakan saham-saham perbankan akan menjadi salah satu yang mendorong IHSG berbalik arah di akhir tahun, terutama saham perbankan big four. Saham-saham berkapitalisasi jumbo di sektor konsumer seperti ICBP, INDF, dan AMRT juga berpotensi menguat sebelum akhir tahun, bersamaan dengan saham komoditas seperti ADRO.
Baca Juga
“Fundamental untuk saham perbankan terutama saham big four perbankan sangat kuat dan kondisi kenaikan suku bunga ini sangat kondusif terhadap sektor perbankan yang bisa memetik manfaat kenaikan net interest margin. Menurut saya ini akan mendorong kenaikan IHSG dan menjadi rebound,” katanya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saham BBCA dan BBRI yang menguat masing-masing 1,46 persen dan 1,04 persen menjadi penggerak positif IHSG pada perdagangan Senin (12/12/2022). Keduanya memberi kontribusi pada kenaikan indeks sebesar 9,5 poin dan 7,1 poin.