Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah ditutup menguat ke level Rp15.425 pada perdagangan akhir pekan, Jumat (2/12/2022) di tengah pelemahan indeks dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 137 poin atau 0,88 persen ke Rp15.425,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,17 persen ke 104,54.
Mata uang Garuda ditutup perkasa bersama mayoritas mata uang di Asia seperti peso Filipina 0,69 persen, yen Jepang menguat 0,41 persen, dolar Taiwan 0,30 persen, ringgit Malaysia 0,29 persen, baht Thailand 0,16 persen, yuan Cina 0,13 persen, dan dolar Singapura 0,07 persen.
Won Korea Selatan menjadi satu-satunya mata uang kawasan Asia yang melemah dengan turun 0,06 persen pada perdagangan hari ini.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rasa hati-hati pelaku pasar muncul jelang rilisnya data upah Amerika Serikat. Data ini diperkirakan mempengaruhi kebijakan moneter meski Federal Reserve telah memberi sinyal dovish yang mendorong dolar ke level terendah dalam tiga bulan.
The Fed juga telah membuat skenario positif untuk aset yang digerakkan oleh risiko dengan menetapkan kenaikan mata uang regional. Hal ini juga menandai adanya kenaikan suku bunga yang lebih kecil dalam beberapa bulan mendatang.
Baca Juga
Ibrahim mengatakan fokus pasar sekarang adalah pada data non-farm payrolls AS yang akan rilis hari ini. Data tersebut diharapkan dapat menunjukkan pasar pekerjaan AS sedikit mendingin di bulan November.
“The Fed juga menargetkan pendinginan di pasar tenaga kerja sebagai bagian dari langkah-langkahnya terhadap inflasi tahun ini,” ujar Ibrahim dalam risetnya, Jumat (2/12/2022).
Meski demikian, Chairman The Fed Jerome Powell memperingatkan suku bunga AS dapat mencapai puncak dari perkiraan. Terlebih lagi jika inflasi di AS masih tetap tinggi.
Data inflasi PCE sebagai pengukur tekanan harga andalan the Fed tercatat stabil di tingkat tahunan 6 persen untuk bulan Oktober. Data pada Kamis (1/12/2022), juga menunjukkan angka masih jauh di atas target 2 persen the Fed.
Dari dalam negeri, para pelaku pasar merespon positif data inflasi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada November 2022. Data menunjukkan inflasi mencapai 5,42 persen secara year-on-year (yoy).
“Hasil polling juga memperkirakan inflasi secara tahunan (yoy) akan menembus 5,54 persen pada bulan ini. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan merangkak naik menjadi 3,45 persen pada November (yoy) dibandingkan 3,31 persen pada Oktober,” ujar Ibrahim.
Lebih lanjut, Ibrahim mengatakan pemerintah terus meyakinkan pasar bahwa perekonomian Indonesia dalam tren positif dan tumbuh kuat. Hal ini membuat optimisme proses pemulihan ekonomi terus terjaga, mesk pemerintah perlu waspada terhadap ancaman risiko global.
Tren positif tercermin dari data pertumbuhan perekonomian nasional yang di atas 5 persen selama 4 triwulan berturut-turut. Sementara risiko global yang perlu diwaspadai adalah faktor geopolitik, dan penerapan zero-covid-policy di Cina yang memperlambat perekonomian negara itu. Risiko global lainnya adalah dampak pengetatan kebijakan moneter di negara maju untuk pengendalian inflasi.
Ibrahim memproyeksikan Rupiah dibuka berfluktuatif untuk Senin pekan depan. Namun, ia mengatakan rupiah ditutup pada rentang Rp15.400 hingga Rp15.470.