Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York melesat pada akhir perdagangan Selasa (22/11/2022) waktu setempat karena investor menyesuaikan ekspektasi dalam menanggapi Federal Reserve yang mengindikasikan kenaikan suku bunga tetapi tetap terbuka memperlambat tempo mereka.
Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (23/11/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 1,18 persen atau 397,82 poin ke 34.098,10, S&P 500 melejit 1,36 persen atau 53,64 poin ke 4.003,58, dan Nasdaq melonjak 1,36 persen atau 149,90 poin ke 11.174,41.
S&P 500 ditutup pada level tertinggi sejak 12 September 2022. Laporan laba yang optimistis dari segelintir emiten ritel termasuk Best Buy Co. dan Abercrombie & Fitch Co. meningkatkan sentimen selama sesi perdagangan.
Obligasi pemerintah AS menguat, dengan imbal hasil tenor 10 tahun di sekitar 3,76 persen. Harga minyak naik di tengah prospek pasokan yang tidak pasti di samping proposal Uni Eropa untuk melunakkan sanksi minyak mentah Rusia. Sementara itu indeks dolar AS menghentikan kenaikan tiga hari.
Dalam beberapa hari terakhir, pejabat The Fed secara luas mempertahankan sikap teguh mereka untuk melawan inflasi. Namun Presiden Fed San Francisco Mary Daly juga mengatakan bahwa para pejabat perlu memperhatikan kelambatan dalam transmisi perubahan kebijakan.
Pada bagian lain, Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan dia terbuka untuk memoderasi ukuran kenaikan suku bunga. Pada Selasa, Survei Manufaktur Fed Richmond sedikit di bawah ekspektasi, dengan data yang mengonfirmasi narasi puncak inflasi.
Baca Juga
“Kami menilai kepemimpinan The Fed ingin keluar dari roda hamster 75-basis-point-a-meeting meskipun sulit untuk melakukannya sambil mempertahankan kendali kondisi keuangan, Kami pikir The Fed masih menuju perlambatan hawkish,” tulis Krishna Guha dari Evercore ISI.
Menurut Sonia Meskin, Kepala Makro AS di BNY Mellon Investment Management, terlepas dari tanda-tanda moderasi, The Fed kemungkinan akan menaikkan estimasi tingkat terminal pada awal Desember, sebagian karena inflasi terbukti kaku.
Pekan Thanksgiving di AS juga cenderung membawa nada historis bullish untuk saham, kata Craig Johnson, kepala teknisi pasar di Piper Sandler, dalam sebuah catatan. Pekan ini dimulai dengan penurunan pada Senin dan kemudian membaik menuju hari libur Kamis (24/11/2022).
Terlepas dari reli, pembatasan pengendalian Covid di China masih membebani investor. Shutdown dapat berdampak negatif pada dinamika rantai pasokan dan mungkin memperburuk masalah inflasi di seluruh ekonomi. Pembatasan ini sekarang berdampak pada seperlima ekonomi China. Saham China yang terdaftar di AS jatuh pada Selasa untuk sesi ketiga berturut-turut.
Sementara itu, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengatakan bank sentral dunia harus terus menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi, bahkan ketika ekonomi global mengalami perlambatan yang signifikan. Menurut organisasi yang berbasis di Paris itu, lonjakan harga yang tak terduga dan dampaknya terhadap pendapatan riil merugikan orang di mana-mana, menciptakan masalah yang hanya akan memburuk jika pembuat kebijakan gagal bertindak