Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 15 persen pada kuartal III/2022 meskipun berhasil membukukan pertumbuhan penjualan.
Berdasarkan keterangan resmi perusahaan pada Selasa (1/11/2022), ANJT membukukan laba bersih sebesar US$20,96 juta. Catatan tersebut melemah 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021 senilai US$24,67 juta
Manajemen ANJT memaparkan, penurunan laba bersih ANJT sejalan dengan meningkatnya beban pendapatan akibat tingginya pembelian tandan buah segar (TBS). Penambahan beban juga berasal dari biaya bahan bakar diesel dan pembelian pupuk
“Hal ini membuat margin laba bersih perusahaan turun menjadi 10,4 persen dari 12,9 persen pada kuartal III/2021,” jelas manajemen ANJT dikutip dari keterangan resminya.
Manajemen ANJT melanjutkan, selama kuartal III/2022, tren harga CPO terus mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya pasokan global. Hal ini didorong oleh pemulihan produksi CPO di Malaysia, penghapusan pungutan ekspor yang dilakukan Indonesia, serta menurunnya permintaan global akibat potensi resesi.
ANJT mencatat mencatat harga jual rata rata atau average selling price (ASP) untuk CPO sebesar US$878 per metrik ton pada kuartal III/2022, 16,8 persen lebih tinggi dari ASP periode yang sama tahun 2021, yaitu sebesar US$752 per metrik ton.
Baca Juga
Sedangkan, ASP untuk PK pada kuartal III/2022 sebesar US$630/mt, 31,5 persen lebih tinggi dari kuartal III/2021.
Adapun, pendapatan ANJT pada kuartal III/2022 tercatat sebesar US$201,86 juta, naik 5,7 persen dibandingkan kuartal III/2021 sebesar US$190,93 juta.
Secara rinci, pendapatan ANJT didominasi oleh penjualan CPO dan PK dengan kontribusi sebesar 98,5 persen terhadap total pendapatan perusahaan atau sebesar US$198,9 juta, dibandingkan dengan US$188,9 pada periode yang sama tahun 2021.
Penjualan sagu berkontribusi sebesar US$1,3 juta dari total pendapatan di kuartal III/2022, naik 51,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Hal ini seiring dengan meningkatnya volume dan harga penjualan.
Sementara itu, pendapatan dari penjualan edamame dan segmen energi baru terbarukan masing – masing membukukan penerimaan sebesar US$1,2 juta dan US$440 ribu.