Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Profil Star Energy Milik Taipan Prajogo Pangestu

Star Energy merupakan perusahaan energi terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Salak yang berkapasitas 377 megawatt (MW) milik Star Energy Geothermal, di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. /JIBI-Rachman
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Salak yang berkapasitas 377 megawatt (MW) milik Star Energy Geothermal, di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. /JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Star Energy Geothermal adalah produsen energi panas bumi terbesar di Indonesia dan memimpin dalam bidang energi terbarukan yang berdiri pada 2003.

Saat ini, Star Energy Geothermal mengelola dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia dan lapangan uap dengan kapasitas bruto sebesar 875 MW. Pada 2028, Star Energy menargetkan bisa memiliki portofolio 1.200 MW.

Pada Maret 2022, konglomerat Prajogo Pangestu mengumumkan kembali melakukan pembelian sisa saham atau 33,33 persen saham Star Energy Goup Holding Pte Ltd senilai US$440 juta atau Rp6,29 triliun dari BCPG Thailand melalui perusahaan yang dikendalikannya, Green Era Pte Ltd.

Mengutip keterangan resmi di situs Grup Barito, ternyata Prajogo sudah lama mengincar Star Energy dan berkeinginan menjadi pengendali sepenuhnya sejak 2009, langkah tersebut diambil untuk menjaga stabilitas keuntungan di bisnis energi.

Sejak 2009, Prajogo sudah mengincar menguasai 51 persen saham Star Energy senilai Rp5,1 triliun atau US$555 juta.

Langkah tersebut dimulai dengan menguasai 40 persen saham Star Energy setelah membeli dari pendiri Star Energy lainnya, yaitu Supramu Santoso. Sedangkan, sisanya dimiliki Nusantara Capital sebesar 30 persen dan perusahaan keuangan asal London sebesar 30 persen.

Kemudian, pada 2018, Barito Grup merampungkan rights issue untuk membeli 66,67 saham di Star Energy Group Holdings Pte Ltd. dengan perolehan dana senilai US$8,9 triliun.

Agus Salim Pangestu, Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), mengatakan berhasil melakukan akuisisi 66,67 persen saham Star Energy pada 29 Juni 2018.

Pada rights issue tersebut, Prajogo menjadi pendukung terkuat dengan menyetor sebesar Rp7,4 triliun dan melakukan tambahan pemesanan sebesar Rp1,4 triliun.

Star Energy merupakan produsen energi panas bumi terkemuka di Indonesia, beroperasi di Wayang Windu, Salak, dan Darajat dan mampu menghasilkan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik jutaan rumah di Indonesia.

Pada April 2017, Konsorsium Panas Bumi Star Energy menyelesaikan Perjanjian Jual Beli Saham untuk lapangan geothermal Salak dan Darajat, yang bersama-sama menghasilkan listrik 413 MW dan memasok 235 MW uap.

Star Energy saat ini mengoperasikan fasilitas panas bumi dengan kapasitas pembangkitan terpasang kotor sebesar 227 MW. Di Sukabumi, Star Energy Geothermal Salak, Ltd. juga mengelola salah satu lapangan geothermal terbesar di dunia, dengan kapasitas pembangkitan terpasang bruto 197 MW dan kapasitas penjualan uap 180 MW.

Di Garut, Star Energy Geothermal Darajat II, Limited memiliki kapasitas pembangkit terpasang kotor sebesar 216 MW dan kapasitas penjualan uap sebesar 55 MW.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper