Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah mengalami penguatan bersama mata uang lainnya di Asia pada akhir perdagangan Selasa (18/10/2022).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 24 poin atau 0,16 persen ke Rp15.463,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah tipis 0,05 persen ke 111,98.
Sejalan dengan penguatan rupiah, mata uang lainnya di Asia seperti yen Jepang menguat 0,05 persen, dolar Singapura menguat 0,23 persen, dolar Taiwan menguat 0,09 persen, won Korea Selatan menguat 0,88 persen.
Selanjutnya, peso Filipina juga menguat 0,33 persen, rupee India menguat 0,13 persen, yuan China menguat 0,07 persen, ringgit Malaysia menguat 0,03 persen, dan baht Thailand menguat 0,13 persen.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, dolar AS merosot terhadap sekeranjang mata uang utama setelah menteri keuangan baru Inggris membuang sebagian besar 'anggaran mini' pemerintah, sementara pendapatan yang lebih baik dari Bank of America membantu meningkatkan selera risiko.
Jeremy Hunt, yang ditunjuk sebagai menteri keuangan oleh Perdana Menteri Liz Truss pada Jumat, membalikkan petak 'anggaran mini' 45 miliar poundsterling yang memicu gejolak pasar di mana poundsterling mencapai rekor terendah dan Bank of England terpaksa melakukan intervensi.
Baca Juga
“Sentimen risiko juga membaik setelah Bank of America melaporkan penurunan laba kuartalan yang lebih kecil dari perkiraan dan mengatakan bahwa pengeluaran klien konsumen AS tetap kuat, bahkan jika melambat,” jelasnya dalam riset, Selasa (18/10/2022).
Federal Reserve juga telah mengisyaratkan bahwa suku bunga akan mengakhiri tahun pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang terlihat selama krisis keuangan 2008, di tengah memburuknya prospek ekonomi. Pasar memperkirakan kemungkinan hampir 100 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada bulan November, kenaikan ketiga berturut-turut.
Sementara itu, dari sisi internal pelaku pasar merespon positif setelah rilis data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) kembali mencatatkan surplus pada September 2022 .NPI telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca dagang Indonesia kembali mencatat surplus sebesar US$4,99 miliar pada September 2022, meski lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$5,71 miliar. Sedangkan NPI pada Januari-September 2022 secara keseluruhan mencatat surplus US$39,87 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar US$25,10 miliar.
Adapun, surplus neraca dagang pada bulan ini berasal dari surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah defisit neraca perdagangan migas yang sedikit meningkat. Surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat sebesar US$7,09 miliar pada September 2022, atau lebih rendah dibandingkan surplus pada Agustus 2022 sebesar US$7,73 miliar.
Selain itu, Bank Indonesia mengungkapkan bahwa Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2022 kembali menurun. Posisi ULN Indonesia pada akhir Agustus 2022 tercatat sebesar US$397,4 miliar, turun US$2,8 miliar dibandingkan dengan posisi ULN pada bulan sebelumnya sebesar US$400,2 miliar.
Untuk perdagangan besok, Rabu (19/10/2022), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.440 - Rp15.490 per dolar AS.