Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ambrol ke Rp15.474 per Dolar AS, Ikut Mata Uang Asia

Rupiah dibuka terpantau melemah ke Rp15.474 per dolar AS pada perdagangan Senin (17/10/2022).
Pecahan uang kertas baru Tahun Emisi 2022. Rupiah dibuka terpantau melemah ke Rp15.474 per dolar AS pada perdagangan Senin (17/10/2022). /Bank Indonesia
Pecahan uang kertas baru Tahun Emisi 2022. Rupiah dibuka terpantau melemah ke Rp15.474 per dolar AS pada perdagangan Senin (17/10/2022). /Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan di hadapan dolar AS pada awal perdagangan Senin (17/10/2022) menembus Rp15.474 per dolar AS.

Mengurip data Bloomberg pukul 09.10 WIB, nilai tukar rupiah melemah 47 poin atau 0,30 persen ke Rp15.474 per dolar AS. Sedangkan, indeks dolar AS kembali melemah 0,29 persen ke 112,98.

Bersama dengan rupiah, sejumlah mata uang di Asia juga melemah dengan won Korea Selatan melemah paling dalam 0,51 persen, disusul dolar Taiwan melemah 0,42 persen.

Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif dan ditutup melemah pada rentang Rp15.410 - Rp15.460 per dolar AS.

Ibrahim menjelaskan, pergerakan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh meningkatnya risiko pasar seiring dengan inflasi yang tinggi, pertumbuhan upah, kerawanan energi dan pangan.

Sementara itu, perang di Ukraina terus memperburuk keamanan pangan global dan krisis gizi dengan harga energi, makanan, dan pupuk yang tinggi dan tidak stabil; kebijakan perdagangan yang membatasi dan gangguan rantai pasokan.

"Kemudian pengetatan kebijakan moneter global yang lebih cepat dari yang diantisipasi menciptakan ancaman bagi pemulihan ekonomi. Situasi global diprediksi akan tetap sulit di tahun 2022 dan dapat berlanjut hingga tahun 2023," jelasnya.

Sementara itu, dari luar negeri, nilai dolar AS atuh terhadap sebagian besar mata uang namun masih dalam level tertinggi dalam perdagangan yang bergejolak.

Indeks dolar AS sempat melonjak menyusul laporan inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan, karena beberapa investor menganggap respons awal pasar terhadap data itu berlebihan.

Selain itu, Indeks harga konsumen AS naik 0,4 persen bulan lalu setelah naik 0,1 persen pada Agustus, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada hari Kamis.

Dalam 12 bulan hingga September, CPI meningkat 8,2 persen setelah naik 8,3 persen pada Agustus, memperkuat ekspektasi bahwa Fed akan memberikan kenaikan suku bunga 75 basis poin (bps).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper