Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah masih berpeluang menguat terbatas pada Jumat (14/10/2022) di tengah kejatuhan indeks dolar AS karena lonjakan inflasi AS.
Rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,03 persen ke Rp15.361,5 per dolar AS pada Kamis (13/10/2022). Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun tupis 0,01 persen ke 113,30.
Dolar jatuh terhadap sebagian besar mata uang utama dalam perdagangan yang fluktuatif pada akhir transaksi Kamis (Jumat pagi WIB), setelah awalnya melonjak menyusul laporan inflasi AS yang lebih panas dari perkiraan. Beberapa investor menganggap respons awal pasar terhadap data tersebut berlebihan, mengutip Antara.
Data menunjukkan harga konsumen AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada September dan tekanan inflasi yang mendasari terus meningkat, memperkuat ekspektasi bahwa Fed akan memberikan kenaikan suku bunga 75 basis poin (bps).
Indeks harga konsumen naik 0,4 persen bulan lalu setelah naik 0,1 persen pada Agustus, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada Kamis (13/10/2022). Ekonom memperkirakan IHK naik 0,2 persen. Dalam 12 bulan hingga September, IHK meningkat 8,2 persen setelah naik 8,3 persen pada Agustus.
Mengikuti data, Fed Fund Rate telah memperkirakan peluang 9,1 persen dari kenaikan suku bunga 100 basis poin, dan probabilitas 90,9 persen untuk kenaikan 75 basis poin pada pertemuan kebijakan Federal Reserve bulan depan.
Baca Juga
Bersama dengan rupiah, kemarin sejumlah mata uang lainnya di Asia juga mengalami pelemahan di antaranya dolar Singapura melemah 0,01 persen, dolar Taiwan melemah 0,17 persen, won Korea Selatan melemah 0,45 persen, dan yuan China melemah 0,24 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.340 - Rp15.400 per dolar AS.
The Fed juga akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari yang diisyaratkan awalnya, karena berjuang untuk mengendalikan inflasi yang merajalela. Data hari ini diperkirakan akan menunjukkan bahwa inflasi IHK AS tetap di atas 8 persen pada bulan September, mendekati puncak 40 tahun yang dicapai sebelumnya pada 2022.
Sementara itu, dari sisi internal, dalam kondisi ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian, apalagi IMF dan Bank Dunia mengisyaratkan bahwa ekonomi tahun depan akan terjadi kontraksi, maka Presiden Jokowi dan Pemerintah meminta seluruh pihak tetap optimistis dalam menatap masa depan, di mana fundamental ekonomi Indonesia masih memiliki bekal/kondisi bagus untuk bisa bertahan dari badai krisis yang mengancam di tengah berbagai tekanan global.
Hal itu terlihat pada kuartal kedua 2022, pertumbuhan ekonomi nasional mampu berada di level 5,44 persen. Selain itu, tingkat inflasi di dalam negeri juga masih terkendali di angka 5,9 persen.
Terkait inflasi, Jokowi bersyukur karena Indonesia bisa mengendalikan inflasi di tengah berbagai gejolak global. Menurutnya hal itu karena Indonesia berkeja secara terperinci dalam mengendalikan inflasi.
Selain itu Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait akan terus mengoptimalkan strategi bauran ekonomi, yang merupakan salah satu kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Simak pergerakan rupiah hari ini secara live.
Rupiah ditutup melemah 65,5 poin atau 0,43 persen menjadi Rp15.427 per dolar AS.
Indeks dolar AS naik 0,26 persen ke level 112,658.
Pukul 11.30 WIB, rupiah turun 25,5 poin atau 0,17 persen menjadi Rp15.387 per dolar AS.
Indeks dolar AS naik 0,04 persen ke level 112,406.
Pukul 09.06 WIB, rupiah turun 5 poin atau 0,03 persen ke Rp15.366,5 per dolar AS.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,12 persen ke level 112,228.