Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sikap The Fed Yang Hawkish Menekan Rupiah Terhadap Dolar AS

Rupiah kembali ditutup melemah di hadapan dolar AS melihat sinyal kenaikan suku bunga AS semakin kuat untuk menahan inflasi dan bakal memperkuat indeks dolar AS
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimajarn
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimajarn

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah berakhir melemah pada perdagangan Kamis (13/10/2022) di tengah indeks dolar AS yang bergerak sideways.

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,03 persen ke Rp15.361,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun tupis 0,01 persen ke 113,30.

Bersama dengan rupiah, sejumlah mata uang lainnya di Asia juga mengalami pelemahan di antaranya dolar Singapura melemah 0,01 persen, dolar Taiwan melemah 0,17 persen, won Korea Selatan melemah 0,45 persen, dan yuan China melemah 0,24 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan indeks dolar AS diperdagangkan menguat terhadap mata uang lainnya dan tetap dekat dengan puncak 20 tahun karena investor memposisikan diri untuk isyarat yang lebih hawkish dari Federal Reserve.

“Sikap hawkih tersebut terjadi menjelang data utama yang diharapkan menunjukkan inflasi IHK AS tetap mendekati level tertinggi 40 tahun. Serta risalah pertemuan bank sentral September menunjukkan pada Rabu bahwa pembuat kebijakan dengan suara bulat menyetujui lebih banyak pengetatan moneter,” kata Ibrahim dalam riset, Kamis (13/10/2022).

The Fed juga akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari yang diisyaratkan awalnya, karena berjuang untuk mengendalikan inflasi yang merajalela. Data hari ini diperkirakan akan menunjukkan bahwa inflasi IHK AS tetap di atas 8 persen pada bulan September, mendekati puncak 40 tahun yang dicapai sebelumnya pada 2022.

Sementara itu, dari sisi internal, dalam kondisi ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian, apalagi IMF dan Bank Dunia mengisyaratkan bahwa ekonomi tahun depan akan terjadi kontraksi, maka Presiden Jokowi dan Pemerintah meminta seluruh pihak tetap optimistis dalam menatap masa depan, di mana fundamental ekonomi Indonesia masih memiliki bekal/kondisi  bagus untuk bisa bertahan dari badai krisis yang mengancam di tengah berbagai tekanan global.

Hal itu terlihat pada kuartal kedua 2022, pertumbuhan ekonomi nasional mampu berada di level 5,44 persen. Selain itu, tingkat inflasi di dalam negeri juga masih terkendali di angka 5,9 persen.

Terkait inflasi, Jokowi bersyukur karena Indonesia bisa mengendalikan inflasi di tengah berbagai gejolak global. Menurutnya hal itu karena Indonesia berkeja secara terperinci dalam mengendalikan inflasi.

Selain itu Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait akan terus mengoptimalkan strategi bauran ekonomi, yang merupakan salah satu kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.340 - Rp15.400 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper