Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dipicu Komentar Biden, Harga Minyak Melemah 3 Hari Beruntun

Presiden AS Joe Biden yang memprediksi risiko resesi membuat harga minyak menurun karena proyeksi pelemahan permintaan.
Presiden AS Joe Biden yang memprediksi risiko resesi membuat harga minyak menurun karena proyeksi pelemahan permintaan. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Presiden AS Joe Biden yang memprediksi risiko resesi membuat harga minyak menurun karena proyeksi pelemahan permintaan. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia terkoreksi selama tiga hari beruntun seiring dengan naiknya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global dan pernyataan Presiden AS Joe Biden terkait kemungkinan resesi.

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (12/10/2022), harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November tercatat melemah 1 persen ke US$88,47 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Desember melemah 0,8 persen ke level US$93,56 per barel.

Harga minyak WTI telah turun dibawah US$89 per barel setelah anjlok lebih dari 3 persen selama 2 sesi terakhir. Komentar Biden dalam wawancara dengan CNN mengikuti penilaian yang muram dari IMF dan CEO JPMorgan, Jamie Dimon.

Dalam wawancara tersebut, Biden menyuarakan kemarahannya terhadap Arab Saudi seiring dengan keputusan OPEC+ untuk mengurangi kuota produksi sebanyak 2 juta barel per hari. Biden menuduh Arab Saudi bersekutu dengan Rusia seiring dengan upayanya melanjutkan invasi ke Ukraina.

Biden juga mengatakan AS akan mempertimbangkan ulang hubungan diplomatiknya dengan Arab Saudi.

Stephen Innes, Managing Partner SPI Asset Management menuturkan harga minyak tertekan oleh revisi prospek dari IMF, lockdown di China, dan kekhawatiran hard-landing pertumbuhan ekonomi AS.

“Gangguan apapun pada aset berisiko akan berimbas negatif terhadap harga minyak hingga level harga terbawah terbentuk,” katanya dikutip dari Bloomberg.

Adapun, harga minyak sempat anjlok ke level terendahnya sejak Januari pada bulan lalu seiring dengan kekhawatiran terkait perlambatan ekonomi global. Harga minyak kemudian kembali rebound seiring dengan keputusan OPEC+ untuk memangkas produksi harian.

Namun, kenaikan tersebut kemudian buyar seiring dengan langkah The Fed yang menaikkan suku bunga acuan untuk memerangi inflasi. Hal ini berimbas pada melambatnya pertumbuhan ekonomi dan menguatnya nilai dolar AS.

Prospek permintaan minyak juga dihambat oleh kebijakan Covid Zero dari China sebagai importir terbesar di dunia. Langkah ini berpotensi menurunkan permintaan energi dari negara tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper