Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menko Airlangga Sayangkan Keputusan OPEC+ Pangkas Produksi Minyak Harian 2 Juta Barel

Negara berkembang saat ini tengah berharap agar harga energi lebih adil dan terjangkau, namun OPEC+ justru memangkas produksi minyak harian.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keterangan kepada media terkait peningkatan produsi kedelai nasional, Senin (19/9/2022). JIBI/Bisnis-Akbar Evandio
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keterangan kepada media terkait peningkatan produsi kedelai nasional, Senin (19/9/2022). JIBI/Bisnis-Akbar Evandio

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia menyayangkan keputusan OPEC+ yang memangkas produksi minyak harian sebesar 2 juta barel. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, negara berkembang saat ini tengah berharap agar harga energi lebih adil dan terjangkau. Namun pada kenyataannya, OPEC+ justru memangkas produksi minyak harian sebesar 2 juta per barel.

“Kita dikejutkan keputusan OPEC+ yang memotong produksi sehingga harga minyak bertahan di atas US$90 [per barel]. Ini counter kebijakan yang diharapkan negara berkembang agar energi berkeadilan dan affordable tetapi yang diambil sebaliknya,” kata Airlangga dalam acara BNI Investor Daily Summit 2022 di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Selain itu, dia menyebut keputusan tersebut dapat berpengaruh terhadap subsidi energi di Indonesia sehingga Indonesia perlu berhati-hati agar tetap bertahan di tengah ketidakpastian global.

“Bagi Indonesia sangat berpengaruh bagi subsidi energi di Indonesia,” ujarnya.

OPEC+, aliansi dari Organisasi Negara Pengekspor  Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia sebelumnya telah menyetujui  pengurangan produksi minyak mentah harian sebesar 2 juta barel.

Keputusan tersebut langsung mendapatkan kritik keras dari AS. Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyampaikan, keputusan OPEC+ tersebut merupakan tindakan yang tidak pantas dan merugikan ekonomi global yang saat ini tengah dilanda resesi.

Dia menilai, keputusan tersebut berpotensi membuat harga energi menjadi lebih tinggi sehingga menimbulkan ancaman khusus bagi pasar negara berkembang.

“Keputusan OPEC+ tidak membantu dan tidak bijaksana,” kata Yellen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper