Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas saham-saham di Wall Street melemah pada akhir perdagangan Selasa (11/10/2022) waktu setempat setelah Gubernur Bank of England (BOE) berkomentar tentang penghapusan dukungan pasar mengguncang sentimen investor.
Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (12/10/2022), indeks Dow Jones Industrial Average berakhir menguat 0,12 persen atau 36,31 poin ke 29.239,19, namun S&P 500 turun 0,65 persen atau 23,55 poin ke 3.588,84, dan Nasdaq anjlok 1,10 persen atau 115,91 poin ke 10.426,19.
Harga obligasi pemerintah AS tenor panjang menanggung kerugian, sementara poundsterling jatuh setelah Gubernur BOE Andrew Bailey mendesak investor untuk menyelesaikan penutupan posisi yang tidak dapat mereka pertahankan, dengan mengatakan bank sentral akan menghentikan intervensi di pasar seperti yang direncanakan pada akhir minggu ini.
“Ketika Andrew Bailey berkomentar bahwa dia akan menghentikan QE [quantitative easing] pada Jumat, ini akan menjadi ujian yang menarik. Akankah pasar mendorong kembali? Seberapa tinggi imbal hasil akan berjalan? Kita lihat saja nanti," kata Jimmy Chang, kepala investasi di Rockefeller Global Family Office kepada Bloomberg TV.
Sentimen risiko tetap rapuh setelah penurunan beruntun empat hari menghapus US$1,6 triliun dari nilai Indeks S&P 500 menjelang pembacaan inflasi AS. Data yang akan dirilis pada Kamis tersebut dapat menutup kasus untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin lainnya oleh Federal Reserve.
Para pejabat juga tidak memberikan kecenderungan untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga mereka dalam waktu dekat, dengan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan para pejabat The Fed perlu terus menaikkan suku bunga dan tidak bisa berpuas diri.
Baca Juga
Di samping data inflasi, bank-bank besar AS memulai musim pendapatan kuartal ketiga 2022, dengan para analis bersiap untuk menerima laporan kinerja yang lemah melawan peringatan tentang meningkatnya risiko resesi global.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan prospek yang memburuk karena upaya untuk mengekang inflasi dapat menambah kerusakan dari perang di Ukraina dan perlambatan China.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam serangan rudal lebih lanjut ke Ukraina setelah menghantam Kyiv dan kota-kota lain dalam rentetan serangan paling intens sejak hari-hari pertama invasi.
"Tidak heran investor memasuki minggu ini dalam suasana yang suram, terutama dengan berita utama dari Ukraina yang menandakan eskalasi lebih lanjut dalam ketegangan geopolitik," kata Christopher Smart, kepala strategi global di Barings.