Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Anjlok, Data Tenaga Kerja AS Bikin The Fed Agresif

Wall Street terkoreksi akibat peningkatan prospek The Fed agresif menaikkan suku bunga ke depan setelah data tenaga kerja yang bertumbuh.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street turun tajam pada akhir perdagangan Jumat (7/10/2022), setelah laporan tenaga kerja yang kuat meningkatkan peluang kenaikan suku bunga The Fed.

Data tenaga kerja periode September meningkatkan kemungkinan Federal Reserve (Fed) akan maju dengan kampanye kenaikan suku bunga agresif yang dikhawatirkan banyak investor akan mendorong ekonomi AS ke dalam resesi, mengutip Antara.

Dow Jones anjlok 630,15 poin atau 2,11 persen menjadi 29.296,79 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 104,86 poin atau 2,80 persen menjadi 3.639,66 poin. Indeks Komposit Nasdaq tergelincir 420,91 poin atau 3,8 persen menjadi 10.652,41 poin.

Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di wilayah negatif, dengan sektor teknologi jatuh paling banyak 4,14 persen memimpin kerugian.

Meskipun Jumat (7/10/2022) menukik, reli dua hari yang besar dan kuat di awal pekan mendorong S&P 500, Dow Jones dan Nasdaq untuk membukukan kenaikan minggu pertama mereka setelah tiga minggu berturut-turut turun. Untuk minggu ini, Indeks S&P 500 terangkat 1,51 persen, Indeks Dow Jones bertambah 1,99 persen, dan Nasdaq naik 0,73 persen.

Departemen Tenaga Kerja pada Jumat (7/10/2022) melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 3,5 persen, lebih rendah dari ekspektasi 3,7 persen, dalam ekonomi yang terus menunjukkan ketahanan meskipun upaya The Fed untuk menurunkan inflasi tinggi melemahkan pertumbuhan.

Data Penggajian Non-Pertanian (NFP) naik 263.000 pekerjaan, lebih besar dari 250.000 proyeksi ekonom. Pasar uang meningkatkan peluang menjadi 92 persen kemungkinan kenaikan suku bunga 75 basis poin keempat berturut-turut ketika pembuat kebijakan The Fed bertemu pada 1-2 November, naik dari 83,4 persen sebelum data.

Kenaikan pekerjaan, tingkat pengangguran yang lebih rendah, dan pertumbuhan upah yang sehat, menunjukkan pasar tenaga kerja memberikan pejabat The Fed kemungkinan masih akan melihat inflasi terlalu tinggi.

Data NFP ini menjadi gambaran terbaru dari kuatnya pasar tenaga kerja AS. Meskipun ada indikasi permintaan tenaga kerja mulai melandai, terutama dengan adanya penurunan lowongan pekerjaan, banyak perusahaan masih kekurangan staf dan terus merekrut pekerja dengan kecepatan yang solid.

Kekuatan ini tidak hanya menopang belanja konsumen tetapi juga mendorong pertumbuhan upah karena bisnis bersaing untuk mendapatkan pekerja.

Dalam aliran pesan hawkish terbaru dari pembuat kebijakan, Presiden The Fed New York John Williams mengatakan kenaikan suku bunga lebih banyak diperlukan untuk mengatasi inflasi dalam proses yang kemungkinan akan meningkatkan jumlah orang tanpa pekerjaan.

Data tersebut memperkuat kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin pada November karena "pasar tenaga kerja masih terlalu panas untuk zona nyaman Fed," kata Ahli Strategi Global GW&K Investment Management, Bill Sterling.

"Ini adalah kasus klasik dari kabar baik adalah kabar buruk," katanya. "Pasar menerima kabar baik dari laporan pasar tenaga kerja yang kuat dan mengubahnya menjadi Fed yang semakin waspada dan oleh karena itu berpotensi meningkatkan risiko resesi tahun depan."

Seorang ekonom mengatakan The Fed tidak boleh diyakinkan oleh pasar tenaga kerja yang ketat karena ketika tingkat pengangguran mulai meningkat, hal itu terjadi dengan cepat dan merupakan indikator utama resesi.

"Kami belum merasakan efek penuh dari pengetatan tersebut," kata Jepala Ekonom AS di SMBC Nikko Securities, Joseph LaVorgna. "Mereka akan terus berjalan sampai akhirnya hal ini berbalik, dan ketika berbalik, Anda tidak akan bisa memperlambat momentum."

Indeks harga konsumen minggu depan akan memberikan gambaran penting tentang posisi inflasi.

Saham AMD anjlok 13,9 persen karena perkiraan pendapatan kuartal ketiga perusahaan sekitar 1 miliar dolar AS lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Itu adalah penurunan saham terbesar di Nasdaq 100.

FedEx Corp melemah 0,5 persen setelah memo internal yang dilihat oleh Reuters menunjukkan divisi yang menangani sebagian besar pengiriman e-commerce memperkirakan akan menurunkan proyeksi volume karena pelanggannya berencana untuk mengirimkan lebih sedikit paket liburan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper